L. Lekas Pulih, Jav!

1K 75 6
                                    

Happy reading

    

    

Thami menatap putranya yang tengah terlelap dengan sendu. Tangannya menggenggam erat jari jemari kurus itu. Di sudut lain ruangan, Theo menatap sosok yang sama juga dengan tatapan yang sama. Keduanya larut dalam kesedihan melihat Javvas terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit. Hanya mereka berdua. Karena Tara sudah pulang, sementara Jay pulang untuk mengambil pakaian serta perlengkapan lainnya yang sekiranya akan dibutuhkan selama Javvas dirawat di rumah sakit.

"Adek kenapa gak bilang bubu sama ayah sih kalo lagi kurang sehat?" ucapnya lirih.

"Seharusnya adek bilang. Biar bubu sama ayah cepet-cepet bawa adek ke rumah sakit. Biar adek gak sampe kesakitan bahkan sampe pingsan."

Lalu setetes air mata jatuh di pipinya.

"Adek kenapa sih suka banget buat bubu cemas? Adek kenapa selalu bikin bubu ketakutan?"

Isakannya lolos begitu saja. Theo menatapnya iba.

"Adek tau? Ayah sama bubu ketakutan setengah mati waktu ditelpon Om Tara dan bilang adek pingsan. Ayah sampe nyetir seperti orang gila. Gak peduli lampu merah maunya ditrobos aja. Bubu sampe gak ganti baju. Makanya sekarang bubu pake piyama."

Masih dengan terisak Thami terus saja bermonolog.

"Adek, bubu sayang banget sama adek. Adek cepet sembuh ya?Jangan tinggalin bubu. Ya Sayang!?"

Tepat setelah mengatakannya, Thami menangis tersedu-sedu. Ia sungguh sangat takut kehilangan Javvas.

Theo perlahan mendekat dan mengusap punggung Thami. Membuat pria itu menoleh. Seketika diangkatnya tangannya.

"Maaf Tante. Saya gak bermaksud lancang," ucapnya.

Thami tersenyum.

"Gapapa Theo. Tante mengerti, kamu cuma mau nenangin Tante. Terima kasih ya," ucap Thami.

Theo juga membalasnya dengan senyuman.

"Sama-sama Tante. Saya harap Tante gak patah semangat ya? Yang saya liat, Javvas itu anak yang kuat. Saya yakin Javvas bakal cepet sembuh," ucapnya.

Thami mengangguk.

"Iya, kamu benar. Javvas itu anak yang kuat. Makanya dia bisa bertahan sampe sekarang."

Lalu keduanya saling melempar senyuman. Hingga sebuah erangan halus mengejutkan keduanya. Mereka sontak menoleh pada Javvas. Pemuda itu tampak menggerakkan kepalanya lalu kedua netra indahnya terbuka perlahan.

"Adek? Sayang? Kamu udah sadar Nak?" tanyanya.

Javvas merespon Thami dengan sebuah lirikan. Lalu perlahan kepalanya berputar hingga menghadap pada sang ibu.

"Bu..." ucapnya lirih.

Sangat lirih. Namun mampu didengar oleh Thami dan juga Theo di keheningan malam.

"Iya Sayang. Ini bubu," ucap Thami seraya meneteskan air mata.

Sementara Theo segera beralih, memencet tombol untuk memanggil para medis.

Brother Complex | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang