26. The Truth

1.5K 103 19
                                    

Happy reading

Jangan lupa vote & komen

🤍

         

           

Jay menggenggam erat tangan Javvas. Pemuda di depannya menatapnya bingung karena wajah sang ayah berubah menjadi sendu. Entah mengapa hatinya sungguh tak tenang. Javvas merasakan ada sesuatu yang besar yang akan Jay ungkapkan. Dengan gugup ia menatap netra ayahnya. Dan di dalamnya ia menemukan keteduhan, ketenangan dan kasih sayang.

"Adek, boleh ayah tanya?" tanya Jay lembut.

"Bo-boleh Yah. Tanya apa?"

"Adek sayang ayah?"

"Kenapa ayah tanya begitu? Jelas adek sayang ayah!"

"Kalo bubu?"

Javvas melirik Thami.

"Ya jelas sayang, Ayah! Ayah kenapa sih? Kenapa ayah nanyain hal kaya' gini? Adek jadi takut."

"Jangan takut, Adek. Gak ada yang perlu kamu takutkan," ucap Thami lembut.

"Dek, selama hidup Adek, gimana Adek menilai ayah dan bubu?" tanya Jay.

"Menilai? Dalam artian?" tanya Javvas.

"Ya sikap kami, perlakuan kami, kasih sayang kami, semuanya!"

"Ini sebenernya ayah mau ngomongin apa sih? Kenapa harus tanya soal penilaian adek segala?"

Javvas semakin gelisah.

"Jawab aja Sayang," sahut Thami lembut.

Bukannya menjawab, Javvas justru membisu. Ia merasakan suatu firasat yang buruk.

"Dek," tegur Jay.

"Kasih tau adek dulu. Sebenernya ini ada apa?"

"Adek jawab ayah dulu. Bisa kan, Sayang?"

Javvas memandang Jay lamat-lamat selama beberapa saat. Akhirnya ia membuka suara.

"Ayah sama bubu itu orang tua terbaik. Orang tua kebanggaan adek. Ayah sama bubu mendidik adek sama abang dengan penuh kasih sayang tapi juga tegas dan disiplin. Selain itu, ayah dan bubu selalu adil sama adek dan abang. Gak pernah beda-bedain kami. Ayah sama bubu juga selalu memberikan yang terbaik buat kami. Mulai dari makanan, pakaian, fasilitas, juga pendidikan. Adek merasa beruntung jadi anak ayah sama bubu," jawab Javvas panjang lebar.

Pria di depannya menatapnya penuh kasih. Pun dengan Thami. Walaupun dalam tatapan keduanya nampak sendu yang tak bisa disembunyikan.

"Dek, adek inget kan latar belakang keluarga bubu?" tanya Thami.

Javvas mengangguk.

"Bubu yatim piatu yang tinggal dan besar di panti asuhan kan!?"

"Betul."

"Bubu juga gak punya sanak saudara."

"Iya. Itu yang bubu ceritakan sama kalian."

"Maksud Bubu?"

"Bubu memang tinggal di panti asuhan sejak masih bayi karena kedua orang tua bubu meninggal akibat kecelakaan. Selama beberapa tahun bubu tinggal di panti asuhan tersebut. Sampai akhirnya waktu bubu kelas 2 SD, sepasang suami istri mengangkat bubu sebagai anak. Pasangan suami istri itu punya 2 orang anak. Anak pertama mereka seumuran dengan bubu. Sedangkan anak keduanya, 2 tahun di bawah bubu. Mereka mengangkat bubu sebagai anak karena membutuhkan teman untuk anak kedua mereka yang kesepian karena sang kakak di sekolahkan di luar negeri. Mereka keluarga yang sangat baik dan juga hangat. Semuanya berjalan baik pada awalnya. Hingga akhirnya, sesuatu yang gak pernah kami duga terjadi."

Brother Complex | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang