Happy reading
Jangan lupa vote dan komen
🤍
Sore harinya cairan infus Javvas benar-benar habis. Ia lega akhirnya bisa pulang. Berada di rumah sakit benar-benar tidak menyenangkan. Walaupun hanya beberapa jam dan ditemani orang-orang terkasih, tetap saja Javvas merindukan kasurnya di rumah. Selama menanti saat pulang tak hentinya Javvas merengek. Mulai hanya ada Lui, lalu datang Hegan dan ketiga sahabatnya, hingga mereka pulang lagi, ia terus merengek ingin pulang. Beruntung ayah, bubu dan abangnya sangat menyayanginya. Mereka sangat sabar menghadapi rengekan demi rengekan Javvas.Dengan didorong menggunakan kursi roda, Javvas akhirnya meninggalkan rumah sakit. Kepalanya yang masih merasa pening dan telinganya berdengung, membuat sang kakak dengan tanggap mencarikan kursi roda untuknya. Kini mereka telah dalam perjalanan menuju rumah. Jav yang meminta pulang bersama sang kakak hanya diam saja selama lebih dari 15 menit. Mario mengernyit. Suasana dalam mobil tidak pernah hening seperti ini sebelumnya jika ada Javvas.
"Dek," panggil Mario memecah keheningan.
"Hm?" jawab Javvas seraya menoleh.
"Koq diem aja?"
"Gapapa."
"Beneran gapapa?"
"Iya Bang."
Bohong. Sebenarnya ada yang mengganggu pikirannya. Ia menoleh pada sang kakak yang tengah menyetir. Diperhatikannya pemuda yang berumur 2 tahun di atasnya itu. Wajah khawatir dan cemas yang sebelumnya sempat tergambar, kini berganti wajah tenang yang penuh senyum yang entah, bagi Javvas terlihat menawan.
"Kenapa ngeliatin abang?"
Javvas seolah tersadar.
"Eh, gapapa. Cuma..."
"Cuma apa?"
"Abang baik banget sama adek."
"Ya karena kamu adek abang."
"Bukan karena sayang sama adek?"
"Ya sayang Dek.. Justru karena kamu adek abang makanya abang sayang sama kamu."
Javvas terdiam.
"Emang kenapa sih nanyain begituan?"
"Gak kenapa-kenapa sih."
"Emangnya adek gak sayang sama abang?"
"Ya sayang lah! Pake ditanya lagi!"
Javvas memalingkan wajah ke jendela.
"Lah adek juga tadi tanya begitu."
Javvas kembali diam.
"Kamu kenapa sih sebenernya Dek?"
Javvas tak langsung menjawab.
"Adek ngerasa beruntung banget punya abang."
Mario mengernyit.
"Beruntung gimana?"
"Tadi waktu abang ke toilet Kak Lui sama Kak Hegan sempet cerita kalo tadi abang sampe bolos pelajaran demi nyari adek. Abang keliatan khawatir banget. Walaupun, kata mereka Abang berusaha tetap tenang. Mereka juga bilang Abang gak berhenti nyebut nama adek. Segitu kuatirnya Abang waktu adek hilang."
"Ya jelas abang kuatir Dek. Kita pagi tadi berangkat bareng. Trus tiba-tiba kamu menghilang. Gimana abang gak panik? Abang cari satu sekolahan gak ketemu. Abang udah kuatir kamu kenapa-napa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Complex | MarkNo (END)
RomanceKetika cinta jatuh pada orang yang tepat tapi pada tempat yang salah. Salahkah bila mencintai saudara sendiri? BxB MarkNo