12. Udang di Balik Batu

1.5K 101 13
                                    

Happy reading

Jangan lupa vote & komen

🤍

       

       

Beberapa hari telah berlalu sejak Javvas mengetahui Mario memiliki pacar. Sejak saat itu pula ia menjadi sangat murung. Javvas semakin diam, semakin dingin dan semakin misterius. Para sahabatnya bahkan kini merasa memiliki jarak dengan Javvas. Benar mereka selalu pergi kemanapun berempat. Tapi diamnya Javvas kini selalu menyertai mereka. Suasana jadi tidak semenyenangkan dulu.

Pun di rumah. Javvas tak lagi ceria dan cerewet seperti sebelumnya. Bahkan sikap manjanya seakan hilang begitu saja. Kedua orang tuanya menjadi bingung. Apa sesungguhnya yang terjadi padanya. Si sulung Mario juga sama bingungnya. Godaannya tak lagi mempan. Javvas tak pernah merajuk dan memekik manja. Sebagai gantinya, ia akan menunduk dalam-dalam untuk menyembunyikan rona kemerahan di pipinya. Tidak ada uang menyadari itu kecuali dirinya sendiri. Dan, Thami.

        

°°

         

Thami melangkah dengan gontai memasuki kamarnya dengan sang suami. Di dalam, Jay telah menantinya di ranjang. Duduk bersandar pada headboard. Pria itu melihat langkah lesunya dan tak bisa menahan diri untuk tak bertanya.

"Ada apa Sayang?"

Thami mendekat. Ia merebahkan badannya dengan bersandar pada dada sang suami.

"Jay, aku kepikiran adek."

Jayed diam. Ia menunggu Thami bicara lebih lanjut. Ia juga merasakan adanya perubahan pada putra bungsunya itu. Diusapnya puncak kepala Thami, lalu dikecupnya lembut.

"Kenapa dia jadi berubah banget? Kamu ngerasa gak?"

"Iya. Aku juga ngerasa koq."

"Kenapa ya sama dia, Jay?"

"Pasti ada yang ganggu pikirannya."

"Aku juga mikir gitu. Tapi apa? Koq aku liatnya dia kaya' orang patah hati."

"Parah hati? Emang Javvas lagi naksir orang? Bukannya dia gak pernah tertarik untuk yang begituan ya?"

"Aku kira juga gitu, Jay. Si abang pernah bilang kalo adek banyak banget yang naksir, banyak banget yang nembak dan pengen jadi pacarnya. Tapi gak ada satupun yang diterima. Termasuk si Hugo yang menurut aku cakep banget. Macho. Cocok sama adek. Cuma belakangan ini ada yang beda menurut pandangan aku. Gelagatnya kaya' orang yang lagi patah hati."

Jay diam saja mendengarkan Thami berbicara. Tangannya tak henti mengelus lengan sang istri.

"Aku liat dia yang sekarang seperti dejavu. Aku jadi inget sama..."

"Sayang, bukannya kita udah sepakat untuk gak lagi ngomongin masa lalu?"

"Maaf, tapi bayang-bayangnya gak pernah bisa ilang dari pikiranku, Jay."

Jayed terdiam. Ia tak tahu mau bicara apalagi. Thami yang menyadari diamnya sang suami bangkit dari posisinya. Lalu duduk menatap pria tampan itu.

"Maaf Jay. Maaf kalo aku selalu aja bahas soal itu. dan membuatmu menjadi marah."

Jay menggeleng. Ia meraih tangan Thami dan menggenggamnya erat.

"Aku gak marah, Sayang. Aku cuma gak suka kamu mengingat-ingat masa lalu. Karena hal itu selalu bikin sedih. Dan aku paling benci ngeliat kamu sedih. Aku nikahin kamu untuk bahagiain kamu. Tapi kalo kamu sering bersedih seperti ini aku ngerasa gak berguna banget jadi suami."

Brother Complex | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang