G. Teman Ayah

1K 79 6
                                    

Happy reading

       

         

Hari sabtu yang di tunggu oleh Jay akhirnya tiba. Pria itu mengingatkan sang istri pagi sehari sebelumnya saat sarapan, jika temannya benar-benar akan datang berkunjung besok malam.

"Sayang, jangan lupa besok siapkan makan malam yang istimewa ya," ucapnya pagi itu.

"Iya, Jay. Besok aku masakin yang enak-enak. Tapi nanti anterin aku belanja ya? Aku mau bikin kue soalnya hari ini. Dan bahannya ada yang kurang," ucap Thami.

"Maaf Sayang, hari ini aku gak bisa. Ada banyak kerjaan di kantor. Bahkan kemungkinan aku lembur sampe malem. Kamu belanja sendiri dulu gapapa kan!?" ucap Jay penuh penyesalan.

"Sama adek aja, Bu," sela Javvas.

Kedua orang tuanya menoleh padanya.

"Adek hari ini kan libur," sambungnya.

"Oh iya, bubu lupa. Ya udah, nanti temenin bubu belanja ya Dek," ucap Thami.

Javvas mengangguk.

"Bawa mobilnya hati-hati ya Dek. Pelan-pelan aja. Gak usah ngebut," ucap Jay.

Javvas mendengus kesal.

"Ayah ini sama aja sama abang!" keluhnya.

Jay mengernyit.

"Sama apanya?" tanyanya.

"Sama protect-nya," jawab Javvas dan Thami kompak.

Keduanya saling pandang lalu tertawa. Jay tersenyum melihat kekompakan mereka.

"Karena bagi kami kalian berdua itu berharga. Dan untuk mendapatkan kalian itu butuh perjuangan. Bukan cuma usaha ayah untuk dapetin bubu. Tapi juga usaha abang buat dapetin restu dari ayah buat macari adek."

Thami dan Javvas turut tersenyum.

"Dek, jalan kalian untuk sampai di titik ini sudah ngelewati beberapa rintangan. Dan itu belum seberapa. Jalan kalian masih panjang. Masih butuh beberapa tahun lagi untuk menguji seberapa kuat cinta kalian. Bukannya ayah ngedoain, tapi pasti akan ada rintangan dan cobaan dalam hubungan kalian nantinya. Entah itu dateng dari abang, dari adek, atau mungkin dari ayah dan bubu. Who knows?"

"Tapi ayah minta, kalian tetap yakin dan percayalah satu sama lain. Itu aja kuncinya. Kalo kalian saling percaya, cinta kalian akan semakin kuat dan tak ada yang akan bisa memisahkan kalian berdua."

Javvas mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Iya Ayah. Terima kasih masukannya. Dan Terima kasih sudah diingatkan. Adek bersyukur banget ayah ngerestuin hubungan adek sama abang. Adek gak tau gimana jadinya adek tanpa abang."

Jay menggeleng.

"Justru ayah yang bersyukur. Karena pada akhirnya pilihan abang adalah adek. Yang mana sudah ayah kenal dengan baik. Yang memiliki bibit, bebet dan bobot yang sempurna. Yang ayah sayangi dan kasihi sepenuh hati."

Hati Javvas menghangat mendengar perkataan Jay. Ia kembali tersenyum.

"Terima kasih banyak ayah. Adek juga menyayangi ayah dan bubu sepenuh hati," ucapnya penuh haru.

Brother Complex | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang