I. Kak Theo

668 49 0
                                    

Happy reading

      

          

Sehari setelah acara makan malam dengan Tara dan Theo, ketiga orang anggota keluarga Gabriel sedang berkumpul di taman depan rumah. Kebetulan hari ini adalah hari minggu. Thami sedang menata tamannya sedemikian rupa. Dengan dibantu oleh si bungsu Javvas. Sementara Jay hanya memperhatikan keduanya seraya menyesap kopinya. Mereka nampak bercengkrama dan membicarakan hal yang seru. Sesekali ketiganya tertawa dan saling menggoda. Sungguh cerminan keluarga yang bahagia.

Setelah sekitar 2 jam berkutat dengan tanaman, akhirnya Thami dan Javvas selesai. Keduanya kini duduk bersama dengan sang kepala keluarga.

"Panas ya Dek?" tanya Thami melihat Javvas mengusap keringatnya di kening.

"Iya Bu. Panas banget!" jawab Javvas.

"Kasian, muka adek sampe merah," ucap Thami lagi.

Jay bangkit. Ia masuk ke dalam rumah lalu beberapa saat kemudian kembali dengan membawa sesuatu di tangannya. Sekotak tissue. Ia mengambil beberapa helai tissue lalu meletakkan sisanya di meja. Mendekat pada si bungsu, menangkup wajahnya dengan tangan kirinya, lalu mengusap dengan lembut wajah tampan Javvas dengan tissue yang dipegangnya.

Thami tersenyum melihatnya. Sungguh manis perlakuan sang suami terhadap putranya. Hatinya menghangat.

"Apa jadinya hidup kita kalo dulu kita gak angkat adek ya Jay?" celetuknya.

Membuat Jay dan Javvas menoleh.

"Kita mungkin bakal kesepian, Sayang. Abang juga," jawab Jay masih dengan kesibukannya.

Setelahnya ia duduk kembali.

"Terima kasih, Ayah," ucap Javvas.

Jay hanya tersenyum.

"Kehadiran adek itu takdir. Terlepas dari kisah sedih dan juga tragis di balik kelahirannya, Tuhan sudah menetapkan dia tetap hidup dan sanggup bertahan sampai sekarang. Tuhan menghendakinya hidup untuk melengkapi keluarga kecil kita," ucapnya.

"Kamu bener, Jay. Adek memang ditakdirkan untuk jadi bagian dari keluarga kita," ucap Thami.

Keduanya saling pandang lalu tersenyum haru.

"Ayah sama Bubu kenapa suka banget mellow-mellowan sih sekarang? Udah tau anaknya mudah baper. Mudah nangis," omel Javvas.

Jay dan Thami tertawa mendengarnya.

"Mana pake diomongin di depan orang asing lagi!" sambungnya.

"Orang asing siapa sih Dek?" tanya Jay.

"Temen ayah semalem," jawab Javvas.

"Oh, Om Tara maksudnya," ucap Jay.

"Iya."

"Kan sudah ayah bilang, dia temen baik ayah di SMA. Bukan orang asing."

"Ya tapi kan adek baru kenal Yah. Masa' maen kasih tau aja sifat buruk adek."

"Sifat buruk apa sih Dek? Lagian yang bubu liat kamu udah akrab sama Theo," sahut Thami.

"Ya soalnya Kak Theo orangnya humble dan menyenangkan. Pembawaannya juga dewasa. Jadi adek nyaman ngobrol sama dia walaupun baru kenal," ucap Javvas.

"Ya jelas dewasa. Kan umurnya udah 27," ucap Thami lagi.

"Oh iya. Bubu, Ayah, nanti siang adek mau keluar ya," ucap Javvas.

"Mau kemana Dek?" tanya Thami.

"Ke kantornya Kak Theo. Mau ketemu sama timnya," jawab Javvas.

"Wah, anak ayah beneran mau jadi model nih!" seru Jay.

Brother Complex | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang