19. Pengakuan

1.6K 111 42
                                    

Happy reading

Tolong tinggalkan jejak berupa vote & komen ya..

🤍

          

         

Keheningan melanda antara Javvas dan Hugo selama perjalanan pulang. Hingga kendaraan roda empat milik si bule memelan dan berhenti tepat di depan pintu pagar rumah Javvas. Deru mesin tak lagi terdengar kala Hugo memutar anak kunci. Membuat suasana semakin hening.

"Jav." / "Kak." Seru keduanya bersamaan.

Pandangan mata mereka bertemu.

"Lo dulu," ucap Hugo.

"Kak, gue minta maaf."

"Minta maaf untuk apa Jav?"

"Untuk luka yang gue toreh karena gue gak bisa balas perasaan lo."

Hugo menghembuskan nafas pasrah.

"Udahlah Jav. Lo gak perlu minta maaf. Namanya perasaan gak bisa dipaksain."

"Tapi lo baik banget ke gue Kak. Gue jadi ngerasa bersalah karena gak bisa balas perasaan lo."

"Gue begitu karena gue beneran sayang sama lo Jav. Gue tulus."

Tatapan mata keduanya bertemu. Ada luka yang sama yang terpancar dari dalamnya.

"Lo gak ngerasa gimana gitu Kak sama gue?"

"Ngerasa gimana maksud lo?"

"Karena perasaan gue yang nyeleneh. Menyayangi dan mencintai saudara sendiri."

"Jav, perasaan itu ada dan tumbuh begitu aja dalam hati kita. Kita gak bisa nyalahin perasaan yang udah tumbuh itu. Karena kita gak bisa ngendaliin apa yang hati kita mau. Gue awalnya memang kaget banget. Gak nyangka lo bakal cinta segitu dalam sama Mario. Tapi gue gak bisa nyalahin lo. Bukan lo yang mau perasaan itu tumbuh. Itu udah kehendak takdir, Jav."

Javvas lagi-lagi dibuat tersentuh oleh perkataan Hugo. Ia tersenyum getir.

"Lo tadi mau ngomong apa Kak?"

Hugo meraih jemari lentik Javvas.

"Gue cuma mau minta lo jangan patah semangat. Jangan pernah berubah karena cinta. Tetaplah jadi Jav yang sebelumnya. Jav yang kuat, tangguh dan penuh percaya diri. Gue tau jadi lo gak mudah karena gak bisa memperjuangin perasaan lo. Lo dituntut untuk diam di tempat. Gak bisa berjuang untuk dapetin balesan dari perasaan lo. Karena itu, yang kuat ya? Inget ada gue selalu di sisi lo. Gue gak akan kemana-mana. Gue bakal selalu ada buat lo."

Air mata Javvas kembali menggenang. Sebesar itu Hugo mencintainya. Setulus itu ia padanya. Tapi ia tak bisa membalasnya.

Hugo mengusap pipi Javvas dengan lembut.

"Jangan nangis lagi. Nanti mata lo bengkak. Terus kalo bokap lo tau bisa-bisa gue digorok karena bikin anak kesayangannya nangis."

Mau tak mau Javvas tertawa mendengar penuturan Hugo.

"Ayah gak sejahat itu Kak."

"Memang. Tapi kalo udah menyangkut anak-anaknya, ia bisa jadi singa buas yang siap menerkam dan membunuh siapapun yang sudah menyakitinya. Auranya bukan main. Bikin merinding. Gue udah pernah ngerasain."

"Hahaha.. Pasti kejadian waktu lo nyekap gue waktu itu ya!?"

Hugo meringis lalu mengangguk. Lalu keduanya tertawa bersama. Tiba-tiba suara besi beradu menghentikan tawa mereka. Keduanya menoleh pada pintu pagar yang terbuka perlahan. Tak lama sosok Mario muncul dari baliknya.

Brother Complex | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang