17. Baikan

1.7K 110 99
                                    

Happy reading

Ramein vote dan komennya ya...

🤍

            

             

Javvas terbangun keesokan paginya. Ia membuka mata perlahan dan menoleh ke arah jendela. Sepertinya di luar masih gelap. Javvas kembali memejamkan mata. Namun seketika matanya kembali terbuka lebar kala mendengar dengkuran halus di dekatnya. Ia menoleh dan alangkah terkejutnya Javvas kala melihat sosok Mario yang tidur dengan nyenyak seraya memeluk sebuah bantal kotak menghadap padanya.

Javvas memandangi wajah tenang Mario

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Javvas memandangi wajah tenang Mario. Wajah yang selama beberapa hari ini tak dilihatnya. Wajah yang sangat dirindukannya. Mata yang selalu menatapnya teduh, bibir tipis yang selalu mengucapkan kata-kata manis, Javvas merindukan itu semua. Selama beberapa hari tinggal di sebuah kamar kost, Javvas sama sekali mengabaikan Mario. Baik pesan-pesannya, ataupun panggilan teleponnya. Jadi wajar jika sekarang ia rindu.

Tiba-tiba air mata Javvas menetes.

"Abang," ucapnya lirih.

Javvas menahan sesak di dalam dadanya kala mengingat perasaannya yang semakin dalam. Perasaan yang tidak mungkin akan terbalaskan. Ia merutuki dirinya sendiri yang sudah sangat bodoh mencintai kakaknya sendiri. Ia merasa bodoh karena menaruh perasaan pada orang yang salah.

Tanpa Javvas sadari, entah bagaimana ucapan lirihnya terdengar oleh Mario. Pemuda itu terbangun begitu saja. Dan melihat Javvas meneteskan air mata ia bangkit.

"Adek kenapa?" tanyanya cemas.

Javvas yang juga terkejut buru-buru menghapus air matanya.

"Gapapa," ucapnya singkat.

Ia membalik badannya hingga memunggungi Mario.

"Adek masih sakit hati ya sama abang?" tanya Mario dengan nada sendu.

Javvas menggeleng.

"Trus kenapa adek munggungi abang?"

Javvas menutupi wajahnya dengan bantal.

"Adek masih ngantuk, mau tidur lagi."

Suara Javvas teredam bantal. Untung saja ia segera menutup wajahnya. Karena tak lama setelahnya air matanya kembali menetes. Mario bukannya tak tahu. Walau ditutup sedemikian rupa ia tahu jika Javvas menangis. Ia selalu tahu jika sang adik menangis. Rasa sayang dan cintanya yang begitu besar membuat ia seolah dapat merasakan emosi yang dirasakan oleh Javvas.

Mario mengusap penuh kasih surai hitam milik Javvas.

"Ya udah, kalo masih ngantuk adek tidur aja lagi."

Tak lama setelah mengatakannya Mario bangkit dan turun dari ranjang. Javvas yang merasakan pergerakan di belakangnya buru-buru mengusap air matanya. Ia menyingkirkan bantal yang menutupi wajahnya, lalu bangkit dan membalik badan mencari sosok Mario.

Brother Complex | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang