Sejak mengetahui bahwa dirinya bukanlah putra kandung Jay dam Thami, Javvas menjadi pribadi yang berbeda. Ia lebih banyak diam. Tidak lagi seceria dulu. Sikapnya berubah. Cara berpikirnya lebih matang. Dan yang paling ketara perubahan darinya adalah sikap manjanya yang tiba-tiba hilang begitu saja. Ia menjadi lebih mandiri dan juga tidak banyak merengek.
Perubahan ini sangat dirasakan oleh ketiga anggota keluarganya, terutama Mario. Javvas yang terbiasa bersikap manja dan bergantung padanya, kini berusaha untuk tidak banyak menyusahkannya.
Pagi itu, sehari setelah dari makam Domy, Jay, Thami dan Mario telah siap di meja makan. Mereka menanti Javvas yang belum turun juga. Tak lama yang mereka tunggu datang juga. Dan ketiganya dibuat terpaku melihat penampilannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Adek, koq pake leather jacket? Mau kemana?" tanya Thami.
"Mau sekolah dong Bu," ucap Javvas seraya mendekat.
Sementara Mario hanya diam. Ia memperhatikan penampilan Javvas dan juga bawaannya.
"Kenapa pake tas itu?" tanyanya.
"Eung? Oh, ini. Iya, soalnya adek-"
"Jangan bilang kamu mau ke sekolah bawa motor!?"
Thami dan Jay terkejut mendengar nada suara Mario yang meninggi.
Javvas hanya terdiam. Ia melihat tatapan tajam Mario padanya. Tiba-tiba pemuda itu bangkit dari duduknya. Ia menghampiri Javvas, mengambil tasnya lalu menarik tangannya.
"B-bang!?" tanya Javvas bingung.
Meski begitu ia terus saja mengikuti langkah Mario yang menyeretnya menuju lantai 2. Sedangkan Jay dan Thami menyaksikan keduanya dengan kening berkerut.
"Lepas!" ucap Mario saat keduanya sampai di kamar Javvas.
Tangannya bergerak menurunkan resleting jaket Javvas.
