Happy reading
Yukk vote & komen
🤍
Sudah 3 hari Mario dan Javvas berada di apartemen Hugo. Dan hari ini saatnya mereka kembali masuk sekolah. Namun keadaan Javvas sangat tidak memungkinkan untuk masuk. Tubuhnya sangat lemah. Selama 3 hari ini ia tidak mau makan. Kalaupun makan hanya beberapa suap saja. Nafsu makannya menurun. Selain itu Javvas juga kurang tidur. Ia hanya tidur 3 atau 4 jam saja saat malam. Hingga matanya bengkak dan sedikit memghitam. Mario dan Hugo khawatir melihat keadaannya. Mereka memutuskan untuk membiarkan Javvas tak masuk sekolah.
Saat mereka tengah menyiapkan sarapan berdua, Javvas keluar dari kamar. Ia nampak telah siap dengan seragam sekolahnya. Sesaat Mario dan Hugo saling pandang.
"Sayang, kamu mau sekolah?" tanya Mario.
Javvas mengangguk.
"Tapi kamu kan lagi kurang sehat."
"Kata siapa adek kurang sehat? Adek sehat koq."
"Maksud abang-"
"Yo," tegur Hugo.
"Biarin aja dia sekolah. Sebenernya gue lebih kuatir kalo dia sendirian disini," sambungnya.
Benar juga apa kata Hugo. Melihat kondisinya, Javvas tidak bisa dibiarkan di rumah seorang diri.
"Ya sudah. Tapi makan yang banyak ya? Biar kamu gak kenapa-napa di sekolah," ucap Mario.
"Iya," jawab Javvas singkat.
Setelah itu ketiganya sarapan bersama sebelum berangkat ke sekolah.
°°
Mobil Mario dan motor Hugo masuk ke pelataran sekolah hampir bersamaan. Setelah turun dari kendaraan masing-masing, keduanya berjalan di belakang Javvas. Tak ada yang membuka mulut. Mereka berjalan dalam diam. Hingga tiba di koridor kelas XI, Hugo memilih berhenti dan mengamati dari jauh. Sementara Mario terus berjalan di sisi Javvas, hingga ke depan kelas. Entah, perasaan Mario sangat tidak tenang.
Melihat Mario tak menunjukkan tanda-tanda beranjak, Javvas yang sudah masuk kelas menghampirinya kembali.
"Abang gak ke kelas?" tanyanya.
"Iya. Nanti. Kalo kamu udah duduk," jawab Mario.
Javvas menghembuskan nafas panjang.
"Bang, adek baik-baik aja. Abang gak perlu segitunya nguatirin adek."
Mario terdiam. Tatapannya sarat akan kekhawatiran.
Di dalam, interaksi keduanya diperhatikan dengan seksama oleh Jerom.
"Ya sudah. Abang ke kelas. Kalo ada apa-apa, kalo kenapa-napa, telpon abang," ucap Mario.
"Iya," jawab Javvas singkat.
Ia lalu berjalan kembali ke dalam kelas. Selama ia berjalan menuju tempat duduknya, Jerom menatapnya tanpa putus.
"Jav, lo keliatan pucet. Lo baik-baik aja?" tanya Harvey khawatir.
"Gue baik. Cuma kurang tidur," jawab Javvas.
"Lo insomnia?"
"Mungkin."
"Lo gak lagi ada masalah kan!?" Kali ini Rezvan yang bertanya.
Javvas hanya diam. Harvey dan Rezvan saling pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Complex | MarkNo (END)
RomanceKetika cinta jatuh pada orang yang tepat tapi pada tempat yang salah. Salahkah bila mencintai saudara sendiri? BxB MarkNo