S. Welcome Home

1.1K 80 13
                                    

Happy reading

     

    

Keesokan paginya Javvas membuka mata sekitar pukul 6 pagi. Ia terbangun karena merasa haus. Javvas hendak bangkit namun tertahan kala merasakan tangannya digenggam dengan sangat erat. Ia menoleh ke samping dan menjumpai sosok Mario tertidur seraya menggenggam erat tangannya. Kepala pemuda itu menelungkup di ranjang, di sisi tangan Javvas.

Javvas menatapnya sendu. Mengingat perdebatan mereka semalam. Ia memutar badannya menghadap pada sang kakak. Kemudian mengangkat sebelah tangannya yang terbebas. Membawanya menuju kepala Mario dan mengusapnya dengan lembut. Pemuda yang tengah tertidur itu rupanya dapat merasakannya. Ia membuka mata beberapa saat kemudian.

"Sayang. Sudah bangun?" sapanya dengan suara beratnya.

Javvas mengangguk.

"Haus," ucapnya.

Mario bangkit, hendak mengambilkan Javvas minum. Namun tangan mereka yang berpegangan ditahan oleh Javvas. Mario berbalik.

"Di sini aja," rengek Javvas.

"Abang cuma mau ngambil minum," ucap Mario lembut.

Javvas menggeleng. Ia menggeser badannya dan menepuk ranjang di sisinya. Meminta Mario berbaring di sana.

"Minum dulu, abis itu abang naik."

Javvas hanya diam seraya memandanginya.

"Sayang.."

Akhirnya Javvas mengangguk. Ia melepaskan genggaman tangan mereka. Lalu bangun saat Mario kembali dengan segelas air, dengan dibantu oleh sang kakak. Setelah itu Mario mengembalikan gelas tersebut dan Javvas kembali berbaring. Ia memberi ruang pada Mario agar dapat berbaring di sisinya.

Setelahnya pemuda itu bergerak naik ke ranjang. Menidurkan dirinya di sisi Javvas. Di ranjang yang lumayan besar tersebut. Ia mengangkat kepala Javvas dengan lembut, lalu memposisikan lengannya sebagai bantal. Pemuda tersebut menyamankan dirinya. Mendekatkan wajahnya pada dada bidangnya, lalu tangannya melingkar ke punggung yang lebih tua.

"Abang..."

"Iya Sayang."

"Maaf. Maafin adek semalem udah marah-marah. Maaf adek udah ngusir Abang dan nyuruh Abang pulang."

Mario terpaku. Seharusnya ialah yang meminta maaf. Karena perkataannya Javvas terluka dan marah. Mario menggeleng.

"Enggak Sayang. Harusnya abang yang minta maaf. Abang yang salah udah ngomong yang enggak-enggak. Maafin abang ya Sayang."

Tak lama tubuh Javvas mulai bergetar. Mario tersentak kala mendengar isakannya.

"Adek cuma sayang abang. Adek cuma cinta Abang. Tolong Abang percaya adek. Mau siapapun yang deketin adek, mau sesempurna apa dia, adek gak akan berpaling. Cinta adek sudah habis di Abang. Tolong percaya adek, Bang," isaknya.

Mario tertegun. Rasa bersalah menyeruak memenuhi dadanya.

"Iya Sayang, abang percaya. Abang minta maaf. Abang gak akan ngeraguin adek. Abang percaya sama adek."

Javvas mendongak.

"Sungguh?"

"Iya Sayang."

Mario menyentuh sisi wajah Javvas. Lalu mengusap pipi tirus itu dengan ibu jarinya, menghapus sisa air mata sang kekasih.

Brother Complex | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang