Happy reading
Javvas tengah fokus belajar saat ini. Ujian akhir semester di depan mata. Dia harus mempersiapkannya dengan matang. Javvas tak mau nilainya menurun. Ia tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Walaupun sebenarnya ia tidak perlu berusaha terlalu keras karena otaknya cemerlang.
Beberapa saat belajar, ponselnya berdering. Javvas meraih benda yang ia letakkan di sisi lain meja. Senyumannya terkembang kala mendapati nama Mario terpampang disana.
"Hai Sayang."
Senyum Javvas terkembang kala mendengar suara lembut Mario.
"Abang."
"Lagi ngapain?"
"Belajar. Abang baru bangun?"
"Enggak. Cuma tadi anak-anak di asrama pada main ke kamar abang sebentar. Makanya baru bisa telpon sekarang."
"Oh."
"Gimana hari ini?"
"Eung? Biasa aja. Gak ada yang istimewa. Abang gak ngampus?"
"Iya nanti. Sekitar 2 jam lagi."
"Oh iya Bang. Gimana kompetisinya? Menang? Hasilnya sudah keluar belum?"
"Belum Sayang. Kenapa?"
"Kok kenapa? Abang lupa sama janji abang?"
Mario tersenyum.
"Enggak. Abang gak lupa Sayang."
"Trus kapan pengumumannya?"
"Tunggu ya Sayang."
"Sampe kapan? Adek udah kangen banget sama abang."
Mario kembali tersenyum mendengar rengekan Javvas.
"Sabar ya Sayang. Ini abang juga lagi nungguin. Tunggu aja kabar dari abang. Ya?"
"Iya deh."
"Jangan cemberut Sayang!"
"Emang adek cemberut?"
"Keliatannya."
"Tau darimana?"
"Nebak aja abang. Udah ya, jangan cemberut. Nanti cantiknya jadi ilang!"
Javvas merasakan wajahnya menghangat.
"Abang ih.."
"Kenapa? Malu ya?"
Javvas tak menjawab. Ia semakin malu karena pertanyaan Mario.
"Abang jadi pengen liat wajah memerah kamu!"
"Abang kangen kamu, Sayang. Kangen banget. Pengen liat wajah cantik kamu. Pengen genggam tangan kamu. Pengen peluk tubuh langsing kamu. Dan abang pengen banget cium bibir manis kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Complex | MarkNo (END)
RomanceKetika cinta jatuh pada orang yang tepat tapi pada tempat yang salah. Salahkah bila mencintai saudara sendiri? BxB MarkNo