13. Marah

1.6K 110 38
                                    

Happy reading

Jangan lupa vote & komen

🤍

            

                

Latihan basket kali ini Javvas sangat kacau. Beberapa kali ia melakukan kesalahan. Membuat latihan menjadi berantakan. Jika biasanya ia banyak menegur para pemainnya, kali ini ia justru beberapa kali meminta maaf atas kesalahan yang dibuatnya. Rekan-rekan setimnya menjadi heran. Tidak biasanya Javvas seperti ini. Hingga akhirnya latihan dihentikan paksa oleh sang wakil, Harvey.

Javvas mengelapi keringat di sekitar wajah dan lehernya. Nafasnya masih terengah-engah ketika Harvey datang mendekat.

"Lo sebenernya kenapa sih Jav?" tanya Harvey kesal.

Javvas tak menjawab.

"Permainan lo kacau. Bikin kita semua bingung ngikutin lo. Lo ada masalah apa sih?"

Javvas masih diam. Harvey semakin kesal.

"Kalo lo ada masalah jangan dibawa ke lapangan dong! Gak profesional banget sih lo!"

Bruk!

Javvas mendorong Harvey hingga terjatuh ke belakang.

"Gak usah ngata-ngatain gue! Lo pikir lo udah bener apa? Lo sama kacaunya!"

Harvey bangkit dan berdiri di hadapan Javvas dengan tatapan tajam. Ia kesal Javvas tiba-tiba mendorongnya.

"GUE KACAU KARENA LO MAINNYA KACAU JAV! ANAK-ANAK YANG LAIN JUGA!"

Keduanya saling tatap dengan sengit. Para anggota basket tak ada yang berani bersuara. Mereka tetap dalam posisinya masing-masing. Kecuali Cakra dan Jian, yang memang lumayan dekat dengan Javvas dkk. Keduanya mendekat dengan maksud mencegah terjadinya keributan.

"Percuma lo jadi kapten kalo lo gak bisa profe-"

Bugh!

Sebuah bogem mentah mendarat di pipi Harvey. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Javvas.

"CAPT! KAK HARVEY!" pekik Jian, Cakra dan beberapa teman lainnya.

Lui yang kebetulan berjalan melewati lapangan segera berlari mendekat. Ia memegangi lengan Javvas agar tak menerjang Harvey lagi. Sementara Jian dan Cakra membantu Harvey berdiri.

"Jav! Lo kenapa pake kekerasan sih!?" pekik Lui pada adik sahabatnya itu.

Javvas menghentak tangan Lui agar cekalannya pada lengannya terlepas, namun tidak bisa. Kakak kelasnya itu lebih kuat.

"Lepas!" titahnya.

"Gak sebelum lo tenang!" ucap Lui.

"Biar aja Kak," seru Harvey yang kini telah berdiri tegak di depan keduanya.

Tangannya mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

"Lepasin dia! Biarin kalo dia mau pukul gue. Biar dia puas," sambung Harvey yang direspon keterkejutan dari orang-orang sekitarnya.

Lui menatapnya tak percaya. Namun Harvey hanya tersenyum lalu mengangguk untuk meyakinkannya. Lui pun melepas cekalannya pada Javvas yang nafasnya masih memburu, dengan kilatan di matanya.

"Ayo, pukul gue lagi! Gue rela jadi sasak lo asal perasaan lo jadi lebih baik," tantang Harvey.

Seketika itu pula Javvas sadar jika Harvey memang sengaja memancing emosinya. Tangan terkepalnya terurai. Tarikan nafas yang dalam membuat emosinya sedikit menurun.

Brother Complex | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang