Happy reading
Jangan lupa vote dan komen
🤍
"Loh, mana Jav?" tanya Mario saat memasuki kelas sang adik.
"Ke toilet Kak," jawab Rezvan.
"Sendirian aja?" tanya Mario lagi.
"Iya. Dari mau istirahat tadi."
Mario mengernyit.
"Kak, Jav beneran udah sehat?" tanya Jerom tiba-tiba.
"Iya. Emang kenapa?"
"Dia banyak diem hari ini," jawab Jerom.
Mario terdiam.
"Dia bahkan keliatan murung. Kakak tau kenapa?" tanya Rezvan.
Terus terang ia sangat tidak suka melihat sahabatnya itu murung.
Mario yang menyadari ada sesuatu yang berbeda dengan Jav sedari pagi semakin yakin ada hal yang yang menganggu pikirannya. Dan sayangnya hal itu berusaha ia tutupi rapat-rapat.
"Jav memang agak diem dari pagi. Sudah gue tanyain tapi gak mau jawab," jawab Mario.
Keempatnya lalu diam untuk beberapa saat. Hingga Mario memutuskan untuk pergi mencari Javvas.
"Kita ikut Kak," ucap Rezvan.
Mario hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan bangku tempat Javvas duduk. Tanpa diduga mereka berempat berpapasan dengan Javvas di pintu. Mario yang melihat sang adik terbengong kalau melihat Javvas mengabaikannya begitu saja dan berjalan tak bersemangat menuju bangkunya. Melihat itu Mario bergegas menghampiri. Ia menahan bahu Javvas hingga pemuda itu berhenti. Lalu memutar badan kurus itu hingga menghadap padanya.
"Adek kenapa?" tanyanya lembut.
"Gapapa," jawab Javvas singkat.
Ia menunduk, tak berani menatap sang kakak.
"Dek, liat abang," ucap Mario masih dengan nada lembut.
Namun Javvas bergeming. Ia masih enggan menatap Mario.
"Dek."
Mau tak mau Javvas mendongak.
"Kenapa?" tanya Mario penuh perhatian.
Ketiga sahabat Javvas memperhatikan keduanya dari kejauhan. Selain mereka berlima tidak ada siapapun lagi di dalam kelas.
"Abang..."
Javvas menggantung kalimatnya. Bukan karena takut untuk berbicara. Namun tenggorokannya tercekat. Rasanya sulit melontarkan pertanyaan itu.
"Ya?"
"Abang... pacaran?"
Akhirnya pertanyaan itu meluncur juga dari bibirnya. Membuat pemuda di depannya terkejut.
"Adek tau darimana?"
"Jadi bener ya, Abang punya pacar?"
Mario terdiam. Ia menatap netra sang adik yang entah kenapa memancarkan tatapan terluka.
"Kenapa Abang gak bilang adek?"
Javvas bahkan lupa jika tengah berada di sekolah. Ia hampir tidak pernah menyebut dirinya 'adek' di depan teman-temannya.
"Abang sengaja mau nutupi hubungan Abang dari adek?"
"Gak Dek, bukan gitu," elak Mario.
"Terus kenapa Bang? Kenapa adek harus denger dari orang lain, bukan dari Abang sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Complex | MarkNo (END)
RomanceKetika cinta jatuh pada orang yang tepat tapi pada tempat yang salah. Salahkah bila mencintai saudara sendiri? BxB MarkNo