PROLOG

3.1K 147 57
                                    

🥀Cerita ini memiliki konsep Eksistensialisme manusia yang mempresentasikan rasa takut manusiawi dan rasa kagum terhadap suatu keberadaan; dalam bentuk Person atau individu yang membawa lambang ketakutan itu sendiri, begitu juga sebaliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀Cerita ini memiliki konsep Eksistensialisme manusia yang mempresentasikan rasa takut manusiawi dan rasa kagum terhadap suatu keberadaan; dalam bentuk Person atau individu yang membawa lambang ketakutan itu sendiri, begitu juga sebaliknya. Di mana eksistensi di pengaruhi diri seseorang yang hidup di dunia baik dicintai maupun ditakuti. 🥀

Fyi mcnya yang cowok!

Sebelum dunia ini berakhir dan jatuh kedalam kehancuran, mari kita lukis kisah ini dengan semburat kisah romansa yang memikat. Dimula dari rasa takut paling mendasar, yakni takut akan jatuh.

Di tengah hiruk-pikuk jalanan kota Bandung, ada sosok yang membangkitkan rasa gentar sekaligus decak kagum, gadis yang dikenal dengan nama Loren Fereza Anggun. Dengan tatapan tajam yang menembus jiwa dan sikap garang yang tak terbantahkan, ia adalah ketua geng motor yang namanya bergema sebagai simbol ketakutan di kota ini.

Saat itu langit berubah warna, dari biru ke arsiran abu-abu yang mendung, Loren berdiri di tepi jembatan yang dipenuhi kenangan. Dia menatap langit dengan wajah yang menampilkan amal gamut emosi-senyum yang menyembunyikan luka, mata yang berkilauan dengan kekaguman yang tak terucapkan. Bagaimana mungkin seseorang merasa begitu tidak nyaman namun pada saat yang sama jatuh cinta dengan ketidaknyamanan itu?

"Aku baru pertama kali ngerasain cinta. Sungguh, aku sangat menyukainya-seorang pemuda polos yang baru aja aku temui di toko roti." Pandangan Loren jatuh ke bawah sembari tersenyum tipis, sebuah senyum yang menyimpan luka.

"Namun, beberapa hari ini, aku benar-benar kehilangan banyak hal. Kematian dan kehilangan orang-orang yang berarti dalam hidup aku, adalah ketakutan yang paling mencekam," bisiknya. Angin berembus, menerpa rambut Loren yang ia usap dengan lembut, seakan mencoba menghapus kesedihan yang melekat. Ia perlahan melangkah, meninggalkan jembatan itu.

Hanya pertanyaan yang selalu terbawa dalam pikirannya saat ini. Loren mendogak ke arah langit dengan wajah datar. "Iyan, apa kau racun bagiku? Atau sebaliknya? Namun, apa pun jawabannya, aku tetap mencintaimu!" Langkahnya melebar, meninggalkan tempat itu dengan hati yang berat.

Aku mencintaimu, pemuda lugu dari toko roti ...!

🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀

Di sisi lain, Iyan Asora—kerap dipanggil Iyan—menelan pahitnya kenyataan di balik hiruk-pikuk kehidupan remaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sisi lain, Iyan Asora—kerap dipanggil Iyan—menelan pahitnya kenyataan di balik hiruk-pikuk kehidupan remaja. Hari-harinya terengkuh pekat oleh aroma tepung dan gula, tergadaikan demi upah yang hanya cukup untuk menopang hidup bersama neneknya yang renta. Tanggung jawab menumpuk di pundaknya yang belia, menghimpit asa tentang romansa dan mimpi-mimpi yang biasa dirajut di usia mudanya. Satu-satunya pelarian adalah lembaran-lembaran komik dan manga, di mana ia menemukan setitik kehangatan dalam dekapan dunia fiksi yang menjadi pelabuhan hatinya.

Malam itu, kesunyian menjadi saksi bisu perjuangan Iyan. Di antara tumpukan nampan roti dan aroma mentega yang menguar, ia melirik sendu ke luar jendela. Gelap. Sepi. Seperti cerminan hatinya yang terbelenggu realita. Lengannya terjatuh lemas di atas meja kasir, mengiringi debaran jantung yang tak henti meronta.

"Loren, dia keren banget. Dia bukan wanita lemah, dia kuat, kuat banget. Aku jadi kayak putra mahkota yang berlindung di balik kesatria."

Senyum tipis terukir di wajahnya, namun segera memudar seiring helaan napas yang berat.

"Jujur, aku gugup tiap kali berhadapan langsung sama Loren. Tapi, aku seneng bisa ngabisin waktu bareng dia, jalan-jalan sama dia. Itu semua kayak mimpi, aku juga tahu kalau mimpi nggak selalu indah." Iyan mendongak, matanya terpaku pada jarum jam dinding yang berdetak malas.

"Loren ... mungkin, kamu bukanlah orang yang tepat untukku. Begitu pula sebaliknya, aku bukanlah orang yang baik seperti yang kamu kenal selama ini. Tapi ... entahlah. Rasanya aku terlanjur jatuh cinta. Untuk pertama kalinya ... dan mungkin ... untuk yang terakhir kalinya..."

Meninggalkan toko roti yang semakin larut dalam keheningan, Iyan melangkahkan kaki dengan senyum tipis yang menyiratkan luka.

Aku mencintaimu, mbak-mbak motor yang manis ...!

Hati-hati banyak kekerasan, permainan psychologi yang bisa bikin kalian mempertanyakan kewarasan kalian sendiri, masih berani lanjut? Silakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hati-hati banyak kekerasan, permainan psychologi yang bisa bikin kalian mempertanyakan kewarasan kalian sendiri, masih berani lanjut? Silakan. 😇

Genre : Thriller, Romance, supernatural, sci-fi, slipstream, realisem

Selamat membaca

Trailer cinematic

Sedikit spoiler characters

Sedikit spoiler characters

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Katalisator Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang