048. Birds on a Wire

26 1 0
                                    

Iyan 🎃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iyan 🎃

Ruangan konseling itu terasa dingin, menyesakkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan konseling itu terasa dingin, menyesakkan. lyan duduk di samping Fredrin, kakaknya, dengan perasaan campur aduk. Bingung, cemas, takut. Senyum yang ia paksakan terasa pahit di bibirnya. Bu Fanny, guru BK, dengan sabar menjelaskan daftar panjang kenakalan lyan di sekolah.

"Begini, Tuan Fredrin," ujarnya, suaranya lembut namun tegas, "Kenakalan Iyan sudah di luar batas. Akademiknya memang cemerlang, tapi Iyan ini... sulit diatur. Emosional, impulsif. Kami sudah berusaha membimbingnya, tapi..." Bu Fanny menghela napas, "...kurasa Iyan butuh dukungan lebih dari keluarga, terutama dari kakaknya."

Setiap kata yang keluar dari mulut Bu Fanny bagai palu yang menghantam Fredrin. Ia menghela napas berat. Rasanya hari-harinya tak akan pernah lepas dari masalah, terutama jika itu menyangkut Iyan. "Saya minta maaf, Bu," ucapnya dengan nada lelah, "atas semua kerepotan yang Iyan buat. Saya janji akan bicara dengannya dan memastikan ini tidak akan terulang lagi. Maaf juga, saya baru bisa menemui Ibu sekarang."

"Tidak apa-apa, Tuan Fredrin. Saya justru berterima kasih atas kesediaan waktunya," balas Bu Fanny.

"Kalau begitu, saya permisi dulu, Bu. Oh ya, bolehkah saya pinjam Iyan sebentar?" Fredrin perlahan berdiri, tangannya meraih lengan Iyan dengan erat, seolah takut adiknya itu akan kabur.

"Oh, iya, silakan."

Fredrin menyeret Iyan keluar dari ruang konseling. Awalnya ia berjalan pelan, tapi semakin jauh dari ruangan itu, langkahnya semakin cepat, tarikannya di lengan Iyan semakin kuat. Ia membawa Iyan ke arah kamar mandi yang terletak di ujung koridor, sepi dan jauh dari keramaian.

Iyan hanya bisa pasrah. Pikirannya masih kalut. Ia masih berusaha mencerna kehadiran Fredrin yang tiba-tiba. Wajah kakaknya dipenuhi amarah, ekspresi yang paling dibenci Iyan. Jantungnya berdebar kencang. Ia tahu, badai akan segera datang.

 Ia tahu,  badai akan segera datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Katalisator Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang