Zayen🍪
Keheningan mengantung di udara saat Zayen mulai mengatakan sesuatu yang sangat tak terduga.
Waktu seakan berhenti sejenak saat jantung Iyan berdegup kencang. Bagaimana mungkin Zayen telah menemukan kebenaran yang telah Iyan sendiri berusaha untuk melupakannya.
Tubuh Iyan seketika bergetar wajahnya memucat saat Zayen mengetahui apa yang telah ia perbuat.
Zayen mendongak keatas langit. "Santai aja semua orang pasti punya rahasia."
"Tapi gaimana kau bisa tahu? Apa kau habis buntutin aku?" Iyan bertanya, suaranya bergetar dengan campuran rasa takut dan tidak percaya.
Zayen memecah keheningan, kata-katanya diiringi dengan senyuman tipis. "Gimana ya, sebenarnya aku habis merkosa dia kemaren, aku nggak sendiri sih, sama ketua OSIS, kakak kelas juga." Jelas Zayen dengan senyum tipis.
"Hah?" Iyan tergagap, suaranya nyaris tak terdengar.
"Tahu nggak kalau dia itu sering di-bully, tapi dia cantik banget, belum lagi badannya juga bagus. Aku bahkan bisa ketagihan sama dia," lanjut Zayen, tatapannya tertuju pada kekosongan di depannya.
Iyan menatap Zayen dengan mata mebelak penuh emosi yang membuatnya seolah ingin dan harus memukul wajah sahabatnya itu. Gila ini orang dia sakit ya?
"Jadi kemarin aku lihat dia habis di buli sama teman sekelasnya di jalan. Karena aku kebetulan lewat bawa mobil, jadi aku mau nologin dia."
"Ya awalnya dia ragu buat ku anter pulang tapi setelah dia tahu aku temanmu dia akhirnya mau ikut. Setelah itu kita bawa ke hutan, terus kita gantian ngesek sama dia, nggak peduli dia mau njerit-njerit atau nangis. Muka dia pucet banget, matanya nanar, aku sempet ngira dia udah pasrah. Tapi setelah selesai, dia lari sambil nangis, ke jalan. Habia itu, lo dateng sama anak motor itu dan nabrak dia. Ya, ironis juga. Padahal dia bisa jadi mainan aku, tapi endingnya malah kayak gitu.
"Gila...!" Iyan menepis, sepontan tubuhnya berdiri menjauh dari Zayen.
"Brengsek, lo gila ya? Lo selama ini pura-pura jadi anak polos aslinya bejat banget!" Iyan menatap Zayen, matanya dipenuhi dengan campuran kekesalan, kemarahan, kebingungan, dan kekesalan yang saling tercampur.Zayen mengeluarkan tawa kecil yang lembut dan melankolis. "Wah Iyan, nunjukin sifat aslinya ya kalau marah, Iyan lo itu sebenarnya siapa? Nggak usah sok polos pake aku kamu biar nutupin masalalu mu ha?" ia menghela napas, suaranya membawa beban rahasia yang tak terhitung.
Iyan mengeram penuh emosi sembari perlahan berbali. "Emangnya penting? Kau nggak tahu siapa aku jadi nggak usah sok tahu, anjing udah kita cut off mulai sekarang, mati lo asu!" Iyan mulai melangkah mejauh dari tempat itu.
"Dari mana dia belajar ngomong gitu?" Batin Zayen, perlahan ia berdiri mengakat tubuhnya. "Lo pikir setelah dengar semua ini lo bisa pergi aja gitu?" Suara Zayen pelan, penuh dengan sisi berbahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katalisator
Teen FictionBagaimana rasanya memiliki gerd, tapi kalian malah setiap hari minum kopi? Tapi, ini bukan tentang kopi! Ini tentang pilihan, tentang konsekuensi, tentang bagaimana sebuah pertemuan kecil bisa mengubah segalanya. Kisah ini bercerita tentang Iyan, re...