39. rosa de amor del jardín de un amigo⚘️

53 3 1
                                    

Fajar menyingsing di kota yang masih terlelap, hanya suara detak jam dinding yang setia menemani kesunyian ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fajar menyingsing di kota yang masih terlelap, hanya suara detak jam dinding yang setia menemani kesunyian ruangan. Morgan terduduk lesu, matanya terpaku pada sebuah foto keluarga yang dulu menyimpan tawa dan keceriaan. Sekarang, ruangan itu dipenuhi oleh bunga-bunga yang menjadi saksi bisu kehilangan yang tak tergantikan-hadiah dari sahabat-sahabat Noe dan Aaron yang masih terasa keberadaannya meski telah tiada. Hari ini, genap tujuh hari sejak mereka berpulang ke alam abadi.

Morgan menundukkan kepala, berusaha merangkai kata-kata yang layak untuk diucapkan. "Rasanya baru kemarin, kalian masih ada di sini. Sekarang, udah hampir seminggu kalian pergi," gumamnya pelan. "Aku... aku udah berubah banyak, kak."

Dia mengangkat wajah, matanya berkaca-kaca saat menatap foto yang terbingkai. "Aku sekarang udah nggak ngejar Loren lagi, aku juga udah baikan sama Iyan. Malahan, sekarang kita akrab banget, mungkin dia temen pertama yang aku punya yang bener-bener aku anggap temen."

"Moga aja, pertemananku sama Iyan bisa awet sampai nanti. Selain itu, aku juga mulai belajar banyak hal, aku sekarang bisa masak, meski nggak seenak buatan Kak Noe, aku tetep berusaha."

Air mata yang selama ini ditahannya akhirnya jatuh membasahi pipi. Isak tangisnya pecah, menggema dalam kesunyian pagi."Sampai kapan pun, aku nggak bakal lupa kalian! Makasih buat semua kenangan indah itu. Maaf aku belum bisa buat kalian bangga! Maaf, kalau aku sering bikin kalian kesal, maaf karena aku nakal, aku minta maaf buat semua kesalahanku."

Dengan langkah gontai, Morgan bangkit, mengusap air mata yang masih melekat di wajahnya. Dia berjalan meninggalkan ruangan itu, meninggalkan rumah yang kini terasa begitu sepi dan hampa.

Morgan segera menghidupkan motor kesayangannya, dada masih bergemuruh dengan rasa sesak yang tak kunjung reda. Ia membiarkan mesin motor itu berderu, menatap ke arah cahaya pagi yang menembus kegelapan, matanya berkaca-kaca, menahan derai air mata yang ingin jatuh.

Beberapa saat kemudian, dengan tekad yang dibangun dari kekuatan mental dan pikiran yang telah ia kumpulkan, Morgan menarik napas dalam, menginjak pedal gas, dan meninggalkan rumah yang menyimpan ribuan kenangan itu. Motor itu meluncur cepat, menyusuri jalanan yang masih lengang menuju toko tempat ia bekerja, lebih awal dari biasanya.

Di tengah perjalanan, sebuah pemandangan tak terduga menarik perhatiannya-sebatang mawar yang baru saja mekar sempurna, keindahannya bertentangan dengan kehampaan hati Morgan. Tanpa mempedulikan pandangan orang lain, ia berhenti sejenak, memetik mawar itu dengan lembut, dan seolah mawar tersebut menjadi simbol harapan baru, ia kembali menginjak gas, melaju lebih cepat, mengejar cahaya yang menjanjikan awal yang baru.

•○○0○○•

•○○0○○•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Katalisator Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang