Loren⚘️
Hari Jumat pagi yang cerah di ruang kelas, Iyan tampak terus menatap kalender berwarna merah di depan dinding dengan senyuman manis. Jantungnya terus berdenyut ketika membayankan Loren. Ia merasa seperti ada kupu-kupu yang berterangan di perutnya.
Saat Iyan tengah terhanyut dalam lamunan, Zayen dan Kelvin perlahan menghampirinya.
"Woi, Yan! Kau lagi senyum-senyum sendiri, kayak abis di tembak gebetan aja. Cerita dong, ada apa?" tanya Zayen, rasa penasaran terpancar jelas di wajahnya. Ia lalu menjatuhkan tubuhnya di samping Iyan, matanya menyelidik mencari tahu rahasia di balik binar bahagia itu.
"Eh, apaan sih? Enggak ada apa-apa, kok. Cuma lagi mood aja," jawab Iyan, mencoba menutupi rasa malunya, namun suara gugupnya justru menambah kecurigaan kedua sahabatnya.
Kelvin, yang selalu tajam mengamati, menyipitkan mata. "Jangan bohong, deh! Kemarin, kita lihat kau pulang dibonceng sama cewek, kan?"
Iyan terperanjat, wajahnya memerah seketika. Lidahnya terbelit, kehilangan kata-kata untuk menjelaskan. "Eh, itu... dia cuma kenalan, kok. Aku juga baru ketemu dia pas pulang kerja," elaknya, namun suara yang semakin lirih membuat kebohongannya semakin terlihat jelas.
"Hemmm... kenalan?" Zayyen menyeringai Iyan, ia dapat merasakan ada sesuatu yang lebih dari sekadar kenalan. "Lo kan jarang dekat-dekat sama cewek, apalagi sampai dibonceng pulang," godanya.
Ekspresi Iyan berubah murung, kuku-kukunya dengan gugup memainkan ujung bajunya. "Sebenarnya... dia ngajak gue ketemu besok, Minggu," akunya akhirnya, suaranya hampir setipis lembaran kertas.
Zayyen menyeringai, "Seriusan nih? Kalau gitu, apa kalian bakal kencan?" tanyanya dengan penuh semangat.
"Emmmh entahlah, gue nggak begitu pengalaman," wajahnya mulai muram.
Zayen dan Kelvin saling bertukar pandang penuh empati. "Tenang, kita bakal bantu," Zayen meyakinkannya.
Iyan terdiam menatap tajam kedua temannya. "Gimana caranya jomblo seumur hidup kayak kalian ngebantu ...?" sindirnya dengan nada sarkasme.
Ucapan Iyan menghunjam tepat di hati, membuat Zayyen dan Kelvin terdiam sejenak. "Enak saja lo bilang jomblo! Gue punya pacar, ya!" sergah Zayyen tak mau kalah, walaupun wajahnya sedikit memerah.
"Serius? Jangan bohong, deh!" tanya Iyan dengan mata melebar, walaupun ia sudah cukup terbiasa dengan kebohongan Zayyen.
"Iya, but she's another nation!" bales Zayyen dengan tatapan ragu. Ia memalingkan pandangannya ke jendela.
"Nation, apaan?" tanya Iyan menatap Zayyen, dengan datar ia tampak tak peduli sudah terlalu banyak ia mendegar bualan kosong darinya.
"Imagination," balas Zayyen dengan tatapan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katalisator
Teen FictionBagaimana rasanya memiliki gerd, tapi kalian malah setiap hari minum kopi? Tapi, ini bukan tentang kopi! Ini tentang pilihan, tentang konsekuensi, tentang bagaimana sebuah pertemuan kecil bisa mengubah segalanya. Kisah ini bercerita tentang Iyan, re...