Suara mesin yang menggelegar perlahan-lahan meredup, dan berhenti tepat di hadapan Fadil dan Aaron yang tengah serius. Fadil menyipitkan matanya, mencoba memahami kejadian yang tak terduga itu.
Loren yang mendegar suara mobil itu dari kejauhan terheran dengan apa yang terjadi di sana. Gelombang rasa ingin tahu melandanya, mendorongnya untuk mencoba mendekat, tetapi situasi juga tak memungkikan ia masih terduduk di sampiing tubuh Riyan yang sekarat.
Tak lama Eva datang dari arah berlawanan menghamipri Loren dan Arya wajanya masih tampak sedikit cemas. "Kayaknya kita bisa nggak bisa lewat pintu belakang Loren!" jelasnya dengan suara bergentar. Ia memainkan jemarinya dengan simfoni yang mengisyaratkan kecemasan.
Melihat, kejangalan itu Loren menatap tajam ke arah kegelapan di balik bangunan itu.
"Eva, ada apa?"
"Loren ini kayaknya tempat, bukan lagi buat di jadi tempat judi, kayaknya ini tempat sekte, kita harus pergi gue takut!" Eva mendesak dengan nada yang di penuhi khawatiran.
Loren semakin terbingung dengan perilaku Eva yang aneh, tak bisanya ia melihat raut wajah sahabatnya seserius itu, entah apa yang Eva lihat hingga membuatnya bergetar ketakutan.
"Ya udah kita, tunggu sampai—"
Ucapan Loren terpotong dari jalan depan terdengar bunyi kelakson mobil yang sangat keras dan memekakan telinga seolah, menginginkan agar semua mata dan fokus tertuju pada mobil itu.
Fadil yang mendegar bunyi keras itu, tersulut emosinya. Ada masalah apa dengan orang di dalam mobil itu. Ia berdiri menghadap mobil yang ada di hadapanya dengan wajah kesal.
"Bajingan, woi mau lo apaa?" Kemarahan Fadil merembes dari suaranya saat ia mengarahkan perhatiannya ke pengemudi.
Saat pandagan Fadil teralihkan dari Noe dan Aaron yang terbaring di atas aspal. Noe berinisiatif untuk membawa Aaron ketempat aman. "Aaron, ini kesempatan kita buat keluar dari sini!" Noe berbisik mendesak, suaranya nyaris tak terdengar di tengah kekacauan di sekitar mereka.
Tanpa menunggu jawaban, Noe dengan cepat mengangkat tubuh Aaron yang lemas, kekuatannya yang dipicu oleh adrenalin bahkan mengejutkan dirinya sendiri.
Namun belum sempat Noe bergerak, sebuah suara membelah hiruk-pikuk, tajam dan menggoda bak malaikat pencabut nyawa.
"Hei, kalian! Mau uang gratis?" Akhirnya pengemudi itu membuka pintu jendelanya sembari mengibarkan setumpukan uang kertas ke udara.
Kebingungan, memenuhi udara tapi juga rasa penasaran. Geneng motor yang tadinya saling bertikai beradu jotos satu persatu medekat ke arah mobil itu.
Sophia tersenyum manis ke arah kumpulan geng motor itu. Tanpa menunggu jawaban dengan gerakan cepat, melemparkan setumpuk tebal uang kertas ke udara. Udara malam yang tebal oleh aroma aspal dan debu, kini bercampur dengan aroma kertas dan tinta, menciptakan pesona mematikan yang menghipnotis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katalisator
Teen FictionBagaimana rasanya memiliki gerd, tapi kalian malah setiap hari minum kopi? Tapi, ini bukan tentang kopi! Ini tentang pilihan, tentang konsekuensi, tentang bagaimana sebuah pertemuan kecil bisa mengubah segalanya. Kisah ini bercerita tentang Iyan, re...