013. Jimmy, Jimmy Cocoa Puff

180 21 2
                                    

Saat malam tiba dan bulan bersembunyi di balik awan gelap, deru mesin geng motor Black Sapphire menembus keheningan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat malam tiba dan bulan bersembunyi di balik awan gelap, deru mesin geng motor Black Sapphire menembus keheningan malam. Jalanan kota Bandung masih basah akibat hujan yang turun sebelumnya, mencerminkan suasana kota yang muram.

Saat semua anggota geng satu persatu meninggalkan markas menuaju tempat dimana perusahan gelap le Sphinx berdiri. Terlihat Morgan dan Iyan yang baru saja keluar dari markas dan dari belakang menyusul devisi lain yang sudah lebih dulu menggalkan mereka.

Jantung Iyan berdegup kencang di dadanya, campuran antara kegembiraan dan ketakutan mendorongnya untuk maju. Pikirannya berkecamuk, merenungkan kejadian-kejadian yang baru saja terjadi padanya. Kepercayaan telah goyah, dan perjalanan malam ini akan mengubah seluruh sendi kehidupannya.

Saat motor mereka mengarungi jalanan bandung terdengar Iyang berteriak dengan suara yang menyiksa telinga.

Tersesat dalam pikirannya, suara Iyan terdengar di malam hari, teriakan putus asa yang disamarkan sebagai nyanyian."Jimmy, Jimmy, cocoa puff, Jimmy, Jimmy, ride"

"Jimmy, Jimmy, cocoa puff, Jimmy, get me high."

"Jimmy only love me when he wanna get high 3×"

"Your mom called, I told her, you're fuckin' up big time." Kata-katanya bergema, menghantui, saat kerlap-kerlip lampu jalan menerangi jalan mereka.

Morgan, yang bertengger di atas sepedanya, melirik Iyan dengan tatapan kesal. Menyela nyanyian Iyan, suara Morgan menembus udara, tajam dan tegas.

"Berisik, bangsat!" bentak Morgan, kesabarannya mulai menipis saat nyanyian Iyan menggema di telinganya, bersaing dengan suara gerimis.

"Apa, gue lagi nyanyi anjing, mood gue lagi ancur. Meding lo cepetan gasin motornya.....!" Iyan membentak balik, suaranya penuh dengan perlawanan.

"Ni anak makin ngelujak anjing, kalo bukan karena Loren udah gue ceburin ini ke got..!" Morgan bergumam kesal.

Kilatan petir menerangi ketegangan di wajah Morgan. Ia mengertakkan gigi dan mempercepat laju motornya, angin dingin menggigit kulit mereka.

"Hei, kenapa kita lewat jalanan sepi kaya gini, bukanya lebih cepet kalo kita bareng-bareng tadi?" Tanya Iyan.

Morgan menghela nafas, genggamannya pada setang mengencang. Dia melirik ke belakang, memeriksa apakah ada tanda-tanda pengejaran. "Kalo kita rame-rame, polisi atau warga bakal datang, dan rencana kita bakal gagal total. Dengan cara ini, seenggaknya kita bisa selamat dari tuduhan kriminal," jelasnya, suaranya tegang.

"Hemm, aku kira kalian nggak takut polosi..." balas Iyan.

"Your mom called, I told her, you're fuckin' up big time
But I don't care, baby, I already lost my mind........................" Iyan melajutkan nyanyian tanpa memperdulikan Morgan.

Katalisator Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang