017. Deren dan Anak jalanan

126 13 5
                                    

Deren 🌱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deren 🌱

Sepuluh tahun yang lalu, di pinggir jalanan kota Bandung yang ramai dan riuh, kehidupan anak jalanan berlangsung di tengah-tengah kemegahan industri dan kota. Memang ironis, di balik gorden kota yang berkilau dan persaingan industri yang sengit. Masih saja ada kehidupan yang bahkan, hanya mengingkan kehangatan yang di sebut keluarga.

Aaron, Noe, Morgan, dan Arya selelu mendegar ratapan kebisingan jalanan dan kehidupan yang berat di pingir jalan. Tanpa keluarga, bahkan untuk hanya sekedar tempat yang di sebut rumah. Hanya satu sama lain yang mereka miliki, sampai kehidupan merka berubah bagai kartu bermata ganda. Gelap dan debu jalan terlukis di udara.

Mereka menjadi sebuah keluarga yang ditempa bukan karena hubungan darah, tetapi karena kesulitan yang mereka hadapi di jalanan Bandung yang tak kenal ampun. Kenyataan hidup mereka yang dingin dan keras menjadi satu-satunya teman mereka, karena gemerlapnya lampu-lampu kota yang berada di luar jangkauan mereka.

Setiap hari, mereka berkeliaran di jalanan untuk mencari sisa-sisa makanan, kaki-kaki kecil mereka meninggalkan jejak di debu. Perut mereka yang keroncongan menggemakan teriakan-teriakan kota, memohon perhatian, meminta bantuan. Namun, di tempat di mana semua orang terlalu sibuk dengan perjuangan mereka sendiri, permohonan mereka tidak diperhatikan, seperti bisikan yang terbawa angin.

Terlepas dari keadaan mereka yang mengerikan, anak-anak itu berpegang pada nyala harapan yang berkedip-kedip. Mereka memimpikan suatu hari ketika mereka tidak lagi harus mengais-ngais makanan atau tidur di trotoar yang dingin dan keras. Secercah harapan inilah yang membuat mereka terus maju, bahkan di malam-malam yang paling gelap sekalipun.

Pada suatu malam yang menentukan, saat lampu-lampu kota mulai memancarkan bayangan panjang, anak-anak itu nampak berada sebuah kondisi yang sedikit orang menyadarinya sebagai kelaparan.

Pada suatu malam yang menentukan, saat lampu-lampu kota mulai memancarkan bayangan panjang, anak-anak itu nampak berada sebuah kondisi yang sedikit orang menyadarinya sebagai kelaparan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Morgan, apa Aaron belum datang perutku rasanya perih banget." Kata Arya dengan suara lirih meringis di sebuah gubuk kecil.

Morgan, dengan rasa lapar yang menggerogotinya, berusaha menutupi keputusasaannya. "Sabar mungkin sebentar lagi mereka pulang,"

Katalisator Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang