Setelah lebih dari 6 jam perjalanan panjang, akhirnya Iyan dan Loren sampai di kota pelajar paling terkenal; Jogja. Perasaan senang memenuhi hati mereka saat mereka keluar dari kereta di Stasiun Tugu yang ikonik. Mereka langsung dipeluk oleh udara hangat yang menyegarkan yang membelai kulit mereka, seakan menyambut kedatangan mereka di kota yang penuh pesona ini.
Jogja, dengan kekayaan budaya yang beragam dan tradisi yang mengakar kuat, menawarkan pesona yang sulit untuk ditolak. Jalanan penuh dengan kehidupan dan energi, mengundang para petualang muda untuk menjelajahi harta karunnya yang tersembunyi. Saat Iyan dan Loren keluar dari stasiun, mereka disambut oleh pemandangan ramai yang seakan merangkum semangat kota ini.
Di sepanjang jalan Malioboro, mereka melihat banyak pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai macam barang, mulai dari pakaian, aksesoris, hingga makanan khas.
Di tengah-tengah simfoni pemandangan, suara, dan aroma ini, musik tradisional Jawa memenuhi udara. Alunan merdu gamelan, ansambel alat musik tradisional, beresonansi dengan keindahan dunia lain. Seolah-olah musik itu sendiri membawa beban sejarah, memikat hati mereka yang mendekat. Suara-suara yang memukau bergabung dengan melodi surgawi, lirik mereka merajut kisah-kisah kebudayaan yang masih kental. Seolah-olah kota itu sendiri yang mengatur penyambutan yang megah. Di antara keramaian, mereka juga melihat beberapa becak dan andong yang siap mengantarkan wisatawan ke tempat tujuan.
Loren menoleh ke arah Iyan, matanya berbinar-binar penuh semangat. Dia merasa beruntung bisa menikmati liburan bersama Iyan di Jogja, kota yang selalu ia impikan. "Wah, Jogja benar-benar indah, ya. Aku suka suasana di sini, rasanya lebih hidup dan hangat." Katanya sembari mengamati sekeliling jalanan yang ramai.
Iyan tersenyum, hatinya membengkak karena rasa suka pada kota dan wanita yang berdiri di sampingnya. Dia merasa beruntung bisa mengajak Loren ke tempat ini. "Iya, aku juga suka Jogja. Apalagi kita bisa bersama di sini."
"Mau kemana dulu kita? Hotel atau jalan-jalan?" Loren bertanya.
"kita pergi ke hotel dulu. Aku capek banget, nanti kita jalan-jalan lagi di Malioboro pas malem aja pasti lebih bahus kan." Ajak Iyan.
"Apa kita pesan satu kamar?" Tanya Loren dengan nada iseng.
"Aku gak tahu. Kelvin yang pesan kamar hotelnya. Bentar, biar aku cek." Iyan membuka ponselnya dan melihat lagi detail pesanan kamar yang Kelvin pesan.
"Kita beda kamar, cuma nomernya sebelahan." Katanya dengan wajah malu.
Loren menghela nafas sedikit. Dia merasa kecewa, tapi juga lega. Dia suka Iyan, tapi dia juga takut kalau mereka terlalu cepat. "Oke, kita berangkat ke sana. Gimana kalau kita naik andong? Aku belum pernah naik itu." Ajak Loren dengan wajah datar.
Iyan mengangguk dengan ragu. "Oke.."
Tanpa membuang waktu, Loren menarik tangan Iyan dan menuntunnya ke salah satu andong yang terparkir di pinggir jalan.
Setelah menanyakan harga dan menyetujuinya, mereka naik ke dalam andong dan duduk berdampingan di kursi kayu yang sedikit usang. Kusir andong, seorang pria muda dengan senyum ramah, segera menggerakkan kudanya dan perjalanan pun dimulai. Suara derap kaki kuda yang berirama menggema di jalanan berbatu saat mereka berjalan menuju hotel Malioboro.
Di dalam andong, Iyan dan Loren merasakan sensasi yang berbeda. Mereka seolah-olah kembali ke masa lalu ketika Yogyakarta masih dipenuhi dengan moda transportasi tradisional. Pemandangan, suara, dan aroma menyelimuti mereka, membawa mereka ke masa lampau. Mereka menikmati angin sepoi-sepoi yang membelai wajah mereka, derap kaki kuda yang merdu di atas aspal, dan kaleidoskop warna-warni yang menghiasi lanskap kota.Mereka juga saling bercerita tentang rencana mereka selama di Jogja, tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi, dan hal-hal yang ingin mereka lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katalisator
Ficção AdolescenteBagaimana rasanya memiliki gerd, tapi kalian malah setiap hari minum kopi? Tapi, ini bukan tentang kopi! Ini tentang pilihan, tentang konsekuensi, tentang bagaimana sebuah pertemuan kecil bisa mengubah segalanya. Kisah ini bercerita tentang Iyan, re...