3-lapangan

9.3K 446 3
                                    

Annovra sudah siap dengan seragam SMA yang sudah melekat di tubuh rampingnya, dia menatap pantulan tubuhnya di kaca full body, dan terus berdecak kagum.

"CK, ini mah bukan manusia, bidadari ini woee" Annovra terus memuji tubuhnya bahkan berputar-putar bak orang gila.

"Perfect banget ni manusia, pasti banyak yang kepelet nih nanti" Annovra tersenyum bangga, dia mengambil tasnya dan luar dari kamar.

"PAGI BABY" pekik Annovra menatap bara yang sudah duduk di meja makan dengan sarapan di atasnya.

"Masih pagi jangan teriak-teriak" peringat bara yang tak di indahkan Annovra.

"Beb" Annovra mengedipkan sebelah matanya saat dia sudah duduk di kursi sebelah bara.

"Bab beb bab beb, Lo pikir gue apaan" kesal bara, Annovra terkikik geli menatap wajah bara yang tertekan.

"Au ah, roti buat gue mana?" Tanya Annovra.

"Cari aja Lo sendiri" bara tak memperdulikan raut wajah Annovra yang sudah kesal.

"Lo lama, gue tinggal" bara ingin memasukkan roti terakhir ke dalam mulutnya, namun roti itu langsung di rebut oleh Annovra.

"Makasih bro rotinya" tanpa tau malu, Annovra memakan roti itu, dengan santai.

"Terserah sumpah terserahhh" sungguh dia ingin menangis sekarang ini, tidak tahan dengan sikap Annovra, tapi di balik itu semua, dia merasa nyaman dengan Annovra yang sekarang.

Karena Annovra yang dulu tidak terlalu banyak bicara, sedangkan yang sekarang? Sangat ceplas-ceplos seperti pantat ayam.

____________

Bara dan Annovra sudah sampai di depan gerbang sekolah mereka, banyak murid berlaku lalang, karena memang jamnya masuk.

Annovra menatap kagum ke arah bangunan tinggi, luas dan besar itu.

"Ini sekolah? Gede banget, kira-kira berapa lama ya bikinnya?" Annovra melamun memikirkan berapa lama bangunan ini di buat.

Namun Lamunan nya terhenti di saat bara menarik kerah belakang seragamnya, membuat Annovra tercekik.

"Hik, anjing Lo bara, lepasin woi" Annovra memberontak, tapi tak di perdulikan bara.

Padahal Annovra ingin berjalan elegan di depan murid-murid agar mereka memujanya seperti transmigrasi yang ia baca.

Bara mengepit kepala Annovra di ketiaknya. "Lepas woii" Annovra menepuk lengan bara. "Bau ketek Lo BANGKE, bau jengkol"

"Wangi gini di bilang bau jengkol" sinis bara melepaskan kepala Annovra.

Gadis itu menghirup udara rakus, rambut panjangnya jadi berantakan sekarang.

Annovra memperbaiki rambutnya dengan wajah kesal, nanti kalau tidak ada cogan yang kepelet gimana? Kan jadi berabe.

"Bara" suara berat itu, mengalihkan perhatian Annovra, dia menatap kagum kearah laki-laki yang ada di depan bara.

Dengan wajah dingin dan mata yang tajam, wajah yang terpahat sempurna, membuat Annovra ternganga.

"Tutup mulut Lo" bara menutup mulut Annovra dengan telapak tangannya.

"Hmphh bau kaos kaki!" Bara mendelik tajam lalu melepaskan tangannya.

"Kenapa gar?" Tanya bara ke arah algara, temannya.

Algara belum menjawab, dia malah menatap Annovra dengan intens, dia jadi bingung kenapa gadis ini seperti bunglon?

Kemarin ia melihat Annovra sangat anngun, sekarang malah seddeng.

Annovra di buat sateling oleh tatapan algara, lalu dengan tak tahu malunya Annovra menepuk pelan lengan algara.

"Aaa oppa dedek jadi maloee" Annovra menutup mulutnya, malu-malu anjing.

Karena saat ini mereka berada di lapangan, banyak murid menatap mereka bertiga.

"Eh? Berani banget dia nyentuh algara woe"

"Jangan kan nyentuh, natap aja gue ga bisa"

"Perlu di kasi A+ tu anak"

Bara melebarkan matanya, menatap Annovra, dengan sekali tarikan, bara mengapit kembali kepala Annovra di ketiaknya.

"Hehe sorry bro, ini anak otaknya emang sengklek" bara menjitak kepala Annovra.

"Aduh sakit baby" dia meringis.

Bara jadi tak enak dengan algara, laki-laki itu hanya diam saat Annovra menyentuh nya, bahkan rasa marah sedikit pun tidak muncul di hatinya.

"Hm" algara hanya berdehem lalu pergi dari sana.

"Lo ya!" Bara menjitak kepala Annovra lagi.

"Aduhh batu baraaa, sakit goblok" dia memijak kaki bara dengan kuat, membuat laki-laki itu meringis dan melepaskan kepala Annovra.

Annovra yang mendapatkan kesempatan langsung berlari dari sana, tanpa memperdulikan tatapan orang-orang dan teriakan bara.

Persetan dengan tatapan orang, dia hanya butuh tatapan cogan, eh? Bukannya cogan juga orang? Entahlah...

____________

Gatau mau ngetik apa, mending ngevote
👇⭐

Transmigrasi Annovra(Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang