13-bakso mang ujang

5.5K 270 0
                                    

Keluar dari minimarket, Annovra menenteng satu plastik yang di isi dengan cemilan. Cemilan itu untuk ia bersantai sambil menonton Drakor nantinya.

Berjalan santai menikmati panasnya matahari yang membakar kulit, Annovra berhenti sebentar di pinggir jalan, terdapat penjual tukang bakso yang ramai pelanggan nya.

"Pasti bakso itu enak, makanya banyak pembeli" batin Annovra, berlari kecil menghampiri gerobak bakso.

"Mang, baksonya dong dua mangkok" ucap Annovra ceria.

"Siap neng, duduk dulu"

"Woke mang" Annovra memilih duduk di bangku kosong, sendirian, sembari melirik ke jalan yang ramai kendaraan yang berlalu lalang.

"Bakso enak kang mang datang~" ujar tukang bakso membawa dua mangkuk bakso.

"Wahhh makasi mang Ujang" mang Ujang mengangguk sembari tersenyum, lalu pergi membuat pesanan untuk orang lain.

Annovra menatap berbinar ke arah bakso yang asapnya mengepul banyak, dia langsung meracik bumbu.

Dengan meletakkan saos, dan cabe hijau 5 sendok makan, penuh. Mengaduk-aduk bakso, hingga tercampur rata.

"Behhh enaknya" gumam Annovra menguyah bakso.

Rasa pedas yang pas, menyapu Indra pengecapan Annovra, dia terus berdecak kagum, dalam setiap suapan sendok.

"Fiks! Ini bakso bakalan jadi bakso favorit gue!" Gumamnya, menguyah lahap bulatan bakso yang lezat.

Setelah menghabiskan dua mangkuk bakso, Annovra menambah dua mangkuk lagi, membuat para pelanggan yang datang, menatap horor Annovra.

"I don't care kata gue mah" batinnya tak memperdulikan pandangan orang lain, terus menguyah.

Kan dia membeli bakso dengan uangnya sendiri, bukan uang mereka, kenapa harus peduli? Yang makan dia kok.

Setelah menghabiskan 4 mangkuk bakso, Annovra menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan bersendawa, perutnya sedikit membuncit, dan dia sangat kenyang saat ini.

"Haduhh jadi susah begerak nih gue" mencoba berdiri, dengan memegang perutnya, seperti ibu hamil saja!.

"Kang berapa?" Tanya Annovra membuka dompetnya.

"40 ribu neng" jawab mang Ujang.

"Sip mang nih, kembaliannya ambil aja" Annovra mengeluarkan selembar uang berwarna biru.

"Makasih ya neng, semoga selalu di limpahkan rezekinya" doa mang Ujang.

"Wahh iya mang, sama-sama, makasi juga doanya" Annovra tersenyum manis.

"Duluan mang" pamit Annovra.

"Iya neng iya, hati-hati di jalan" ujarnya

"Siappp" pekik Annovra yang sudah menjauh.

___________

Sesampainya di rumah, Annovra memasuki rumahnya, begitu sepi, bahkan rumah besar ini hanya di isi dua orang saja, sangat di sayangkan.

Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan nya, Annovra melangkah ingin masuk ke kamar, namun sebelum itu, kupluk Hoodie nya di tarik duluan oleh seseorang.

"Eh eh, kecekik gue bangke" umpatnya menepuk-nepuk tangan sang pelaku.

Bara menatap tajam Annovra, "kenapa Lo hobi banget pake Hoodie gue?" Bara tetap pada pendirian tidak ingin melepaskan tangannya.

Sedangkan wajah Annovra sudah memerah, dia panik setengah mati, bagaimana jika dia mati lagi?, Kan ga lucu.

"Lepasin dulu makanya!" Bara melepaskan tangan nya. Annovra menghirup udara rakus, menatap bara tak kalah tajamnya.

"Jelasin!" Tuntut bara melipat kedua tangannya di depan dada.

"Nah jadi gini-"

Sebelum Annovra melanjutkan perkataannya, ia langsung masuk ke kamar, dan mengunci pintu.

Bara di buat melongo tak percaya. "Woii monyet!!! Kenapa Lo make Hoodie gue?!" Pekik bara mendobrak-dobrak pintu kamar Annovra.

"PELIT BANGET LO BANGKE!" Teriak Annovra dari dalam.

Bara mengacak rambutnya kesal, dia cukup sabar dengan tingkah mengada-ada Annovra.

"Gue pasrah Ra, gue pisrah, kalo mau ambil aja semua baju gue sumpah" dia tersenyum kecut.

Tiba-tiba pintu terbuka kembali, dengan wajah ceria Annovra menatap bara yang prustasi.

"Beneran?!" Pekiknya tak tahan.

Bara melotot tak percaya, jika gadis ini mengambil semua bajunya, dia harus memakai apa nantinya? Tidak mungkin kan dia hanya memakai rolok saja. Nanti malah jadi tarzan.

Bara bergidik ngeri, membayangkan dia hanya memakai rolok saja, seperti Tarzan.

"Gue bercanda Ra" bara mencoba bersabar dan tersenyum manis.

"Halah boong, sana minggir" Annovra mendorong tubuh bara kesamping, dan berjalan menuju kamar bara.

Sedangkan bara? Hanya bisa diam, dia sudah terbiasa dinistakan oleh adiknya sendiri.

"Gapapa sumpah gapapa" tersenyum kecut.

"Gwenchana~" lanjutnya.

____________

Contoh adik yang paling baik adalah? Annovra, adik yang sangat menyayangi Abang dan mencintai Abang nya segenap jiwa, bangsa dan negara🌹.

Annovra bilek: siapa yang mau jadi Abang gue?, Kakak juga boleh deh, di buka lowongan pendaftaran🤗.

👇

Transmigrasi Annovra(Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang