39-penculikan

2.3K 123 24
                                    

Sebelumnya aku benar-benar meminta maaf, karena cerita aku yang mungkin buat pembaca bingung?, Apalagi dengan nama tokoh yang berganti?.

Contohnya kaya azel jadi Alex. Demi apapun aku ga bermaksud, untuk menukar/mengganti. Ini aja aku baru ngeh.

sorry everyone🙏.





Azka baru saja pulang dari sekolahnya dengan menggunakan motor sport nya.

Dia memasuki kawasan rumahnya yang lumayan besar. dengan halaman yang luas, di hiasi oleh pepohonan dan taman bunga yang indah.

Membuka pintu rumahnya, dan langsung di sambut oleh papanya yang sedang duduk di ruang tamu.

"Gue pulang" ucap Azka lalu menutup pintu rumahnya.

"Gue gak nanya" sahut papanya Azka. Panggil saja Rhodes.

"Sialan Lo" umpat Azka, menatap tajam Rhodes.

"Kurang ajar Lo jadi anak, gak ada adabnya, gue kutuk jadi maling Kundang mampus" ujar Rhodes sinis.

Azka mendengus kesal, lalu duduk di kursi, di seberang Rhodes.

"Gimana? Annovra?" Tanya Rhodes, tho the point.

"Apa?, Ngapain Lo tanya-tanya?" Dia menaikkan sebelah alisnya.

"Bodoh, dia bakalan jadi mama Lo, nanti." dengus rhodes.

"Cih?, Mama gue?. Bahkan Annovra lebih cocok jadi istri gue" dia memutar matanya.

"Apa Lo bilang?" Mendengar penuturan anaknya, Rhodes menjadi sedikit marah.

"Lo tu udah tua Bangka, bau tanah pula. mending sadar diri deh, noh kaca di rumah. Percuma ada kaca, tapi ga di pake"

"Sialan Lo bocah" umpat Rhodes. "Gue potong uang jajan Lo" lanjutnya dengan nada mengancam.

"Lantas?, Siapa peduli?" Ejek Azka lalu terkekeh.

Rhodes menghela nafasnya, dia harus menahan amarahnya. Sebelum meja kaca yang berada di depannya melayang ke kepala Azka.

"Gue nyuruh Lo sekolah lagi, buat memperhatikan Annovra. Bukan malah jatuh cinta" jelas Rhodes.

"Peduli gue?" Tak peduli Azka.

"Sialan. Asal Lo tau ya!, Annovra itu, gue duluan yang ketemu sama dia"

"kau tengok Muke aku ni, Ade aku kesah?" Ucap Azka dengan wajah datar nya. Mengikuti ucapan di kartun yang ia tonton.

Dengan kesal Rhodes mengambil bantal sofa, lalu melemparkannya ke arah wajah azka, yang menurutnya sangat membosankan.

Bugg

"Anjeng" umpat Azka yang menerima pukulan dari Rhodes, mengenai wajah nya yang baby blues.

"Mampus Lo" geram Rhodes, beranjak dari sana. Lalu pergi ke ruang kerjanya.

"Kalau gue gak bisa dapatkan Annovra. Berarti orang lain juga gak" gumamnya pelan dengan kilatan mata yang penuh obsesi.

__________

Di malam hari, di sebuah tempat yang kumuh dan kotor. Annovra di ikat di satu-satunya kursi yang berada di tengah-tengah ruangan.

Dengan mulut yang tertutup dan mata nya yang tertutup. Dia hanya bisa terdiam, tanpa pergerakan.

Satu orang pria berjalan ke arah Annovra, lalu membuka penutup mata dan mulutnya.

Dengan rakus Annovra menghirup udara sebanyak-banyaknya. "Hah... Hah.. anjing, gue hampir mati" gumam Annovra.

Terdengar suara tepukan tangan, dan ketukan sepatu heels yang menggema di ruangan.

Annovra menegakkan kepalanya, dan melihat dua orang yang berada di depannya.

"Sely?, Meysa?" Gumam Annovra bingung.

"Kenapa? Kaget huh?" Meysa tertawa terbahak-bahak membuat suaranya menggelegar.

Annovra menatap datar kedua gadis di depannya. "Maksud Lo berdua apa?, Hah!"

"Umm? Apa ya?" Sely mencoba berfikir.

"Lepasin!" berontak Annovra di atas kursi, dengan tenaga yang kuat. Membuat tubuhnya terjatuh ke lantai, dan kepalanya terhantuk ke lantai.

Annovra hanya diam, tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

"Ups, jatuh deh." meysa dan Sely terkekeh kecil, melihat Anno yang menderita.

Meysa menendang kursi yang Annovra tempati, membuat tubuh Annovra berbalik.

"Lo!. Lo pasti tau apa kesalahan Lo sekarang" bentak Sely menoyor dahi Annovra.

Annovra tetap pada pendiriannya, diam dengan wajah datarnya.

"Kenapa diam??!, Jawab pertanyaan gue!" Bentak Sely mencengkeram erat dagu Annovra.

Tak ada reaksi dari gadis itu, membuat Sely menggeram marah, dan menampar kuar pipi mulus Annovra.

Plak

Satu tamparan yang kuat, membuat wajah Annovra tertoleh, dengan sudut bibirnya yang robek.

Annovra memejamkan matanya. Seketika setetes air matanya turun, membasahi pipinya.

"Nangis huh?" Sely dan meysa tertawa terbahak-bahak melihat Annovra yang mengeluarkan air matanya.

"Utututu kasian" ledek Sely dengan wajah mengejeknya.

Meysa menoleh kebelakang lalu melihat ke arah lima orang pria yang berjaga di sana, lalu menunjuk Annovra.

Mengerti yang di maksud kan meysa, mereka berlima mengangguk.

Sedangkan meysa dan Sely keluar dari ruangan. "Bye, bitch" sely tersenyum smirk, dengan melambaikan tangannya.

Lima orang pria yang berada di sana tersenyum miring satu salam lain, lalu mulai mendekati Annovra.

Annovra yang paham dan mengerti maksud dari arti tatapan mereka, merasa was-was.

Dua orang pria langsung memegang lengan Annovra, dan membuka ikatan talinya.

Annovra menghela nafas lelah, lalu membatin. "Gue pasrah..." Setetes air matanya keluar kembali.

Dia sangat ingin segera pergi dari sini. tapi, Apa boleh buat? Dia hanya sendiri, dan mereka lima orang?.

Dia hanya bisa pasrah dan diam. Dia...pasrah, jika kehormatan di rebut.

Annovra menunduk lemah, dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Bahkan, tak ada perlawanan darinya.

Karena memang tubuhnya yang sudah lemah, dan lelah.

"Mungkin ini hari terakhir gue" batin Annovra tersenyum miris.

_____________

👇


Transmigrasi Annovra(Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang