***
SMA Tunas Bangsa 48, salah satu SMA favorit di kota ini. Banyak sekali para orang tua yang ingin anaknya masuk ke SMA Tunas Bangsa. Selain itu, yang menjadikan favorit adalah banyaknya anak-anak pintar yang masuk ke SMA ini dan bisa dibilang kebanyakan yang masuk ke SMA ini adalah anak yang berprestasi. Dan satu hal lagi yang tak kalah epic-nya adalah SMA ini termasuk ke dalam SMA elite. Bernaung dibawah yayasan besar dan banyak bekerja sama dengan universitas terbaik, membuat SMA ini menjadi SMA favorit dan elit. Jadi tidak sembarang orang yang bisa masuk ke SMA ini.
Salah satu orang yang beruntung adalah Gita, Gita si anak tunggal dari salah satu pengusaha berdarah campuran Indonesia-Timur Tengah. Dari sini sudah terbaca bukan kenapa Gita bisa masuk SMA Tunas Bangsa 48. Selain itu Gita adalah lulusan terbaik dari SMA favorit, jadi dengan mudahnya dia bisa masuk Tunas Bangsa 48.
"Non, bangun"
Gita yang sedang enak terlelap harus terganggu saat seseorang dengan lembut mengguncangkan tubuhnya. Dia meregangkan tubuhnya lalu hampir saja tertidur kembali jika Papa-nya juga ikut membangunkan dia.
"Bi, siapkan sarapan aja. Anaknya biar saya yang bagunin" Kata Zaid Papa, papa dari Gita.
Zaid menyilangkan tangannya di dada, dia menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang putri yang sekarang sedang mengucek matanya sendiri.
"Kamu gak akan sekolah?" tanya Zaid.
Gita dengan gerakan super malas bangun dari posisi tidurnya, dia cemberut sambil menatap sang Papa dengan tatapan memelas. Dia masih ingin tidur, ini semua gara-gara main game tengah malam bersama temannya, Adel. Dia lupa jika hari ini adalah hari pertama sekolah setelah libur semester.
"Bangun, mandi!" Perintah Zaid tanpa ampun.
Gita menghelakan nafasnya, dia dengan malas bangun dari duduknya, menyambar handuk yang sudah disiapkan oleh pembantunya dan mulai mandi.
"Jangan lama, Papa antar kamu ke sekolah. Jadi jangan lama atau papa tinggal, papa tunggu di meja makan!" Kata Zaid setengah berteriak karena suara shower dari kamar mandi mulai terdengar. Sedangkan Gita yang mendengar penuturan papa-nya itu hanya bisa cemberut sambil melanjutkan kegiatan mandinya.
••
Jam sudah menunjukkan pukul 6 lebih 30 menit, Gita santai saja duduk di dalam mobil sambil bermain ponsel, sedangkan Zaid terlihat sangat emosi dengan kemacetan ibu kota pada Senin pagi. Sebenarnya dia tidak dikejar waktu, hanya saja anaknya yang bahkan terlihat santai saja ini-bisa saja kesiangan.
"Sayang, kamu gak takut kesiangan?" Tanya Zaid sambil melirik ke arah Gita sekilas.
Gita menggelengkan kepalanya, "Kan gara-gara papa, aku sih udah bilang pake motor aja, tapi papa ngotot pake mobil." Kata Gita dengan wajah hampir tak ada ekpresi.
Zaid menghelakan nafasnya, dia agak sedikit menyesal menggunakan mobil.
"Kalau telat biasanya diapain?" Tanya Zaid.
Gita mengangkat bahunya, "Mungkin kena hukum, kena omel OSIS juga" Kata Gita.
Zaid menggelengkan kepalanya heran, anaknya ini terlalu santai padahal dia tahu jika akan telat. Karena gemas sendiri dengan Gita, Zaid mengusap puncak kepala Gita dengan lembut, kemudian dia iseng mengacak rambut putrinya itu.
"Papa!" Protes Gita sambil cemberut dan membenarkan rambutnya yang berantakan.
Kena protes sang putri, bukanya meminta maaf malah tertawa sambil terus menjailinya. Zaid sangat bahagia jika Gita merengek, hanya dengan itu dia bisa melihat diri Gita yang dulu. Gita si anak kecil yang manja, yang sekarang sangat jarang dia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of VS || GitShan [Season 2]
FanfictionGita sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi murid biasa saja. Dia bertekad menjadi siswi biasa saja yang tidak terlalu menonjol, dia sudah tidak peduli lagi dengan kegiatan organisasi atau pun lomba-lomba yang sebelumnya sudah dia rencana...