***
Dinginnya cuaca malam seakan mendukung suasana hati Gita malam ini. Dia tengah terduduk dibawah lantai sambil memeluk dirinya sendiri, berkali-kali menarik ingusnya masuk kembali dan segukkan kecil terdengar menggema memenuhi kamarnya.
Terlihat wajahnya sudah memerah dan matanya mulai bengkak karena menangis. Sudah hampir 1 jam lamanya Gita menangis di kamarnya yang gelap. Dari pertama dia datang sampai saat ini tak ada satupun niat hati untuk menyalakan lampu.
"Ahh bodoh sekali" Keluh Gita diikuti oleh segukkan kecilnya dan tak lama berubah menjadi isak tangis, "Oh God!" Lanjut Gita disela tangisannya, lalu dia menutup wajahnya sendiri dengan tangannya.
Pertengkaran yang terjadi antara dia dan Shani adalaha alasan dia menangis saat ini. Dia merasa bersalah pada Shani, dan betapa bodohnya dia malah menyalahkan Shani.
Namun, dia mengingat bagaimana ucapan Arsalan dan perkataan orang tua Chika. Kini perasaan bersalah itu berubah lagi menjadi rasa kesal yang membuncah. Begitu saja seterusnya selama satu jam ini.
Dia sangat marah dan merasa bersalah secara bersama, dia tak tahu harus meluapkan yang mana, bahkan dia tak tahu harus bagaimana lagi selain menangis.
Ditengah tangisan Gita, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. "Gita?" Panggil Feni, Gita mendengar suara Feni membuatnya tiba-tiba menghentikan tangisan dan berdiri.
Klik
Tak lama Feni menyalakan lampu kamar Gita, bersama dengan itu Gita berbalik memunggungi Feni.
"Oh my god! Are you okay?" Tanya Feni sambil melihat keadaan kamar Gita yang berantakan.
Barang berserakan dimana, tempat tidur yang sudah tak berbentuk dan satu bantal bahkan rusak. Yang paling parah dan menarik perhatian adalah cermin besar yang ada di kamar Gita jatuh, kepingan kacanya berserakan dimana-mana.
"Gita! Menyingkirlah dari sana!" Perintah Feni sambil menarik Gita, siapa sangka jika Gita berdiri di atas pecahan kaca. Hal itu membuat Feni melotot dan tak habis pikir dengan adiknya itu.
Feni manarik Gita untuk keluar dari kamar, dia menarik adiknya itu ke ruang keluarga yang ada di lantai dua. Dengan cepat dia menarik Gita untuk duduk di sofa lalu dengan cekatan berjongkok untuk memeriksa kakinya Gita.
Feni mengerutkan keningnya, dia merasa ngeri sendi dengan telapak kaki Gita yang berdarah, bahkan sekarang darahnya menempel pada lantai saat mereka berjalan ke ruang keluarga "Apa kamu tidak sadar? Ini pasti sakit!" Ucap Feni sambil berdiri dari lalu berdecak pinggang di depan Gita.
Dia melihat Gita menggelengkan kepalanya sambil menatap ke arah lain, tak lama Gita menangis lagi.
"It hurts!" Lirih Gita dalam tangisannya lalu menutup wajahnya kembali dengan kedua telapak tangannya.
Melihat kacaunya keadaan Gita membuat Feni mengurungkan niatnya untuk memarahi Gita. Dia malah tak tega sendiri, dia mengambil tempat disebelah Gita dan menariknya ke dalam pelukannya.
"It's okay, menangis lah sayangku" Feni menepuk-nepuk lembut punggung Gita untuk menenangkan adiknya itu.
Dirasakan Gita mencengkram ujung lengan baju Feni dengan sangat erat, Feni juga merasakan sedikit air mata Gita jatuh ke kulit bahunya. Keadaan Gita saat ini menyentuh hatinya, dia tak bisa untuk tidak ikut berkaca-kaca.
Entah apa yang Gita lalui dan rasakan sampai bisa seperti, sampai-sampai kakinya terluka pun dia tak sadar. Semua amarahnya pada Gita karena membuat Shani menangis seketika menghilang. Dia tahu jika bukan hanya Shani saja yang terluka, tapi Gita juga. Sekarang malah dia sendiri yang bingung harus apa dengan Shani dan Gita, dia tidak tahu mana yang benar dan salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of VS || GitShan [Season 2]
FanfictionGita sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi murid biasa saja. Dia bertekad menjadi siswi biasa saja yang tidak terlalu menonjol, dia sudah tidak peduli lagi dengan kegiatan organisasi atau pun lomba-lomba yang sebelumnya sudah dia rencana...