***
Para adik-adiknya Shani, sengaja Isabella taruh pada ruangan yang sama. Jika tadi adalah ruang kerja suaminya, sekarang mereka berada di ruang kerja milik Isabella yang memang terpisah dengan punya suaminya. Berbeda dengan ruang Arsalan yang di cap ruangan paling menyeramkan seperti yang punya-nya, ruangan Isabella ini adalah ruangan ternyaman anak-anak.
Setiap kali mereka lelah atau ingin bercerita larinya ke sini, atau seperti Zee yang iseng dan sengaja mengganggu Mamihnya sedang bekerja.
"Duduk dan pikirkan apa kesalahan kalian!" Kata Isabella dengan suara tegas, lalu pergi meninggalkan anak-anak karena suaminya baru saja mengirim pesan untuk kembali ke ruangan suaminya itu.
Hening yang tak sepenuhnya hening.
Kenapa begitu? Karena mereka tidak berbicara, tapi terdengar tangisan Kathrina fan Christy yang masih berlanjut. Kedua bocah itu menjadikan Jessi sebagai sasaran empuk karena Zee dan Adel terlihat berantakan dengan muka babak belurnya.
"Aish!!" Kesal Jessi melepaskan tangannya dari pelukan bocah-bocah, tapi membiarkan kedua bocah itu masih memeluk badannya.
Kali ini Jessi menatap sebal ke arah Adel dan Zee yang masih diam-diaman, walaupun bersebelahan. Tidak seperti biasanya, mereka akan menjadi yang paling berisik karena tingkah mereka lebih aneh daripada bocah-bocah yang kini masih menangis.
"Kalian kenapa dah?" Tanya Jessi masih mencari jawaban dari pertanyaan yang sedari tadi bersarang di kepalanya.
"Tanya aja kembaran lu!" Tukas Adel.
Mendengar itu Jessi menghelakan nafasnya, keduanya masih dikuasai oleh emosi masing-masing. Dari pada bertanya lagi yang bisa saja membuat keduanya bertengkar lagi, Jessi memilih menenangkan dua adiknya ini. Demi tuhan kupingnya sudah mau pecah mendengar tangisan bocil ini. Memang hanya Shani saja yang bisa menenangkan keduanya.
*
Di tempat lain, yaitu di ruang kerja Arsalan. Shani terduduk lemas di depan Papih Mamihnya. Arsalan belum berbicara apa-apa lagi pada Shani setelah menyuruh semuanya ke luar. Makanya Shani hanya menyandarkan tubuhnya sambil menutup matanya membaca meredakan segala emosinya.
"Mas, ini kita diem aja?" Bisik Isabella pada suaminya yang kebetulan ada disebelahnya.
"Iya, masa iya kita guling-guling" Canda Arsalan dengan wajah datarnya, bukannya membuat Isabella tertawa malah dia mendapatkan cubitan di perutnya.
Arsalan menatap penuh tanya ke arah istrinya yang terlihat puas setelah mencubit perutnya, padahal dia kesakitan sambil mengusap bekas cubitannya itu.
Shani sudah menatap keduanya heran, membuat Arsalan berdehem dan mengembalikan sosok wibawanya di depan anak sulungnya ini.
"Papih marah banget sama Cici?" Tanya Shani karena Arsalan tak bertanya apapun padanya.
"Marah" Jawab Arsalan dengan suara beratnya dan terkesan dingin karena wajahnya hampir tak berekspresi.
Sedangkan Isabella yang mendengar jawaban dari sang suami itu malah menepuk punggung Arsalan. Itu bukan bentuk dukungan, tapi bentuk ancaman. Isabella tahu Arsalan gimana, tapi dia tidak suka jika Arsalan terlalu keras pada anak-anaknya. Arsalan juga sudah berjanji tidak akan terlalu keras lagi setelah kejadian Shani sakit kemarin.
Kembali ke Shani, dia menghelakan nafasnya. Lagian dia juga tahu dia salah.
"Jadi kamu dekat dengan Gita?" Tanya Arsalan, pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh Arsalan.
Shani menggelengkan kepalanya, jika dipikir-pikir dia tidak pernah dekat dengan Gita. Dekat bagi mereka hanya mengundang perdebatan diantara keduanya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of VS || GitShan [Season 2]
FanfictionGita sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi murid biasa saja. Dia bertekad menjadi siswi biasa saja yang tidak terlalu menonjol, dia sudah tidak peduli lagi dengan kegiatan organisasi atau pun lomba-lomba yang sebelumnya sudah dia rencana...