Story Of VS || GitShan [Season 2]

Chapter 59 - Season 2

***

Amarah menyelimuti ruang keluarga Natio, disertai oleh tangisan dari Shani dan Christy si bungsu yang ikut menangis melihat sang kakak menangis. Perang mata antara Abiseka Natio dan sang putra sudah terjadi sekitar 1 menit. Arsalan tak mengucapakan apapun setelah sang ayah mengatakan satu ancaman yang akhirnya keluar dari dari mulut pria tua.

"Semua yang kamu punya termasuk pakaian yang kamu gunakan itu berasal dari saya, jika tidak menuruti saya kembalikan itu!" Ancam Abiseka pada sang putra, putra sulung uang selama ini membantunya mengembangkan bisnis, tapi masih dianggap remeh jasanya.

Arsalan masih diam, tapi tatapan matanya tak pernah bohong jika dia sangat marah pada sang ayah. Abiseka Natio yang selalu terlena akan kekayaan dan demi itu mengorbankan banyak hal terutama anak-anaknya.

Sekarang untuk kedua kalinya Abiseka harus mengorbankan sang cucu demi mempertahankan kekuasaannya? Ancaman dari mulut Celine yang seharunya menjadi anak kemarin sore di mata Abiseka-nyatanya mampu menggertak Abiseka sebegitu kuatnya.

"Aku bisa aja sekarang juga telepon kakek aku buat cabut semua investasi di semua sektor usaha keluarga kamu Shan. Semua kerja keras dan pengorbanan seorang Abiseka Natio sia-sia karena ulah cucu kesayangannya ini. Ingatlah jika kita tidak benar-benar sepupu, hanya karena Abiseka Natio menyelamatkan Kakek ku-dia diangkat anak oleh kakek buyutku. Cobalah ingat dari mana keluarga Natio berasal, bagaimana nasib keluarga Natio jika tidak berpegangan pada keluargaku. Jangan pernah menolak ku lagi jika tidak mau melihat adik-adikmu hidup susah!"

Ancaman dari seorang Celine Tiffany Mitchell, cucu dari keluarga Mitchell sekaligus keponakan dari Baron Mitchell ayah dari Adel dan Kathrina. Keluarga Mitchell sudah lebih dari belasan tahun menyokong dan bekerjasama dengan keluarga Natio.

Dua keluarga yang memiliki nasib berbeda, keluarga Mitchell yang selalu berada di atas, beda dengan keluarga Natio yang sempat jatuh terpuruk setelah ayah dari Abiseka meninggal. Abiseka dengan segala cara memperjuangkan kembali martabat keluarganya. Walaupun caranya salah dan dibantu banyak oleh keluarga Mitchell.

Karena itu ancaman dari Celine terdengar menakutkan di telinga Abiseka yang tak bisa melihat keluarganya kembali hancur. Hubungan antara keluarga Natio dan Mitchell sempat merenggang saat perceraian antara Baron dengan Irenella terjadi. Untungnya Abiseka berhasil mengembalikan keadaannya lagi ke posisi semula. Dan sekarang sekali lagi hubungan antara dua keluarga terguncang untuk kedua kalinya.

"Kamu gagal mengambil hati keluarga Hartono, sekarang biarkan Shani memperbaiki kesalahannya itu" Ucap Abiseka membuat Arsalan semakin naik pitam.

Kegagalan membangun hubungan antara keluarga Natio dan Hartanto yang terkubur karena Shani dan Chika batal untuk dijodohkan sekarang diungkit kembali. Kemarin-kemarin, Arsalan sekuat tenaga menyembunyikan murkanya sang ayah pada Shani sang putri. Namun, sekarang Abiseka membeberkan semuanya.

Mendengar penuturan dari sang kakek membuat Shani semakin terjatuh, dia tak pernah tahu jika pembatalan perjodohan antara dia dan Chika di mata Abiseka sangat-sangat fatal. Dia tak pernah tahu sang kakek sekecewa itu padanya. Ini semua member Shani berada di posisi yang paling tersalahkan dan tak ada bantahan baginya untuk tidak bertanggungjawab.

"Dia putri saya, dia bukan putri Anda yang bisa Anda seenaknya nikahkan dengan orang pilihan Anda!" Bantah Isabella memberi Abiseka menghentikan tongkatnya keras membuat semua orang terdiam.

Disaat itu, Shani berdiri. Dengan tangisannya yang sekuat tenaga dia tahan, dia menatap sang kakek. Dengan berat hati dia harus bertindak, dia tak bisa keluarganya terutama mamih dan adik-adiknya tertekan.

Shani mengangkat wajahnya, dia menatap Arsalan. Dalam tatapannya masih ada sejuta harapan darinya untuk sang papih, dia berharap Arsalan bisa menyelamatkan dirinya dari posisi ini. Beban menjadi cucu pertama dari Abiseka Natio yang sudah mengecewakan sang kakek membuatnya tersiksa mati-matian, dia merasa terluka tanpa berdarah sedikit pun. Sesak di dada, berat di kepala, nafas tercekat, tapi tuhan dan keadaan memaksanya untuk tetap berdiri di kakinya sendiri menghadapi ini.