27.STADIUM AKHIR

137 10 0
                                    

Udara malam yang dingin apalagi di tambah degan suasana hujan yang menambah kesan sejuknya udara pada malam hari ini. Asa 

duduk di depan jendela kamarnya sambil menatap langit Malam yang biasanya selalu di hiasi oleh kelap kelip bintang, tetapi tidak pada malam ini karna pada malam ini hanya kegelapan yang asa lihat karna cuaca malam ini yang di guyur oleh hujan lebat. "Hujan malam membuat kesan tersendiri untuk asa, hujan seperti ini kembali mengingat kan dirinya dengan kenangan pahit di beberapa tahun yang lalu." 

Di balik itu semua ada kesan tersendiri yang asa tak tau saat asa melihat hujan turun. Entah apa kesannya tetapi asa tak tau cara menjelaskan Nya semua itu bagaikan dejavu.

Yang kembali mengingat dirinya di masa kecil yang sudah mulai terlupakan. 

Beberapa tahun yang lalu•••

"Bang Juna takut.." ujar Juna dengan tubuh yang mengigil kediginan dalam pelukan asa, di bawah guyuran hujan yang lebat dan petir yang menyambar hebat.

"Jangan takut,ya. Sekarang pejam aja mata Juna, biar gak takut lagi saat lihat petir." Ujar asa kecil waktu itu 

Dua anak kecil kala itu sedang melindungi diri mereka dari lebat nya badai hujan dan gemuruh petir yang menyambar pada malam itu. Dua anak itu berteduh di sebuah Balai kecil. Rasa Takut ditambah dengan rasa dingin mengigil tubuh kecil dan mungil dua orang bocah itu. Kini Posisi mereka masih saling berpelukan. 

Padahal tujuan mereka saat itu adalah ingin mencari keberadaan ibunya. namun hasilnya nihil mereka tak pernah bertemu di mana keberadaan ibunya. , dan belum sempat mereka pulang kerumah hujan lebat di sertai badai kencang pada malam itu malah membuat mereka harus berteduh di di sebuah Balai, walaupun dengan kondisi baju mereka yang sudah basah separuh.

Tak terasa dua anak kecil itu sampai tertidur di atas balai kecil itu. Hingga Pagi hari tiba asa kecil terbangun lebih dahulu. Ia melihat Juna yang sudah pucat dan badan yang sangat panas karena demam. "Juna bangun." Ujar asa panik karna suhu tubuh Juna waktu itu demam tinggi." Juna gak kuat jalan bang, Juna pusing." Keluh Juna kecil.

"Biar Abang gendong,ya."ujar asa kemudian  langsung memopong tubuh sang adiknya di atas punggungnya dan membawa nya pulang ke rumah. 

Sesampainya di rumah,asa langsung mengopres Juna, berharap agar demamnya bisa segera turun. Perlahan Juna mulai membuka matanya. Juna mengeluh pusing dan batuk batuk kepada asa. "Makan ini dulu ya jun." Ujar asa dengan sepotong roti di tangannya

Juna mengeleng ia tak mau makan. "Juna gak mau makan,Juna mau mama pulang.." ujar Juna sambil menagis.  "Juna makan dulu ya dek, nanti baru kita cari mama lagi."

Juna masih terus mengeleng kepalanya. "Juna kangen mama,Juna mau mama di cini di dekat juna...,Kita cari mama cekarang ya bang." Ujar juna kecil masih dalam kondisi menagis.

"Nanti kita cari mama ,juna tidur dulu ya, tunggu demam nya turun dulu, baru nanti kita cari mama sama sama." Ucap asa 

Hingga hari kini berganti menjadi malam pun asa masih setia duduk di dekat adiknya,tak terasa ia juga ikut tertidur di dekat Juna. Waktu itu sekitaran Pukul 9:00 malam,suara gemuruh petir menyambar hebat di langit malam pertanda hujan akan turun sebentar lagi.

Asa melirik ke arah adiknya yang masih setia terus memejamkan mata. "Juna,Jun bangun..makan dulu." ujar asa kecil sambil mengambil kembali sepotong roti yang tadi sempat di tolak juna. melihat Tak ada respon dari sang adik asa jadi khawatir. Apalagi melihat Wajah Juna sudah berubah menjadi pucat pasi, badannya kembali demam tinggi ujung kaki dan tangannya dingin seperti es.

 Asara Bersama Bintang [Segera]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang