“Rumah itu tidak harus selalu berbentuk fondasi,karna rumah itu bisa saja berbentuk seseorang yang telah kita sayangi.”
~Shania permata Anala ~
****
"Bang,asa." Bisik Juna memanggil pelan, tetapi sang empu masih tetap memejamkan matanya,
"bangun bang. Ayo bangun Juna kangen bang asa ,bang asa tega banget tinggalin Juna kayak gini, biasanya kalau bang asa tidur gak akan lama justru bang asa kalau Juna panggil langsung nyaut tapih ini malah tidur nyenyak."
"Jangan jangan dokter kasih bang asa obat tidur ya? Makanya bang asa tidur nyenyak." Ujar Juna terkekeh
"Tau gak bang? Juna dapat kabar gembira!"
"Tau gak apa kabar itu?" Juna tertawa kecil
"Juna beneran lulus tes masuk Akpol." Beritahu nya
Juna terus mengajak sang Abang berbicara walaupun asa masih belum sadar, Tangan dingin asa juga terus ia genggam. "Bang asa orang pertama yang aku kasih tau soal ini. Kalau mama-" Juna menggantungkan ucapannya
sesaat ia kembali melanjutkan ucapannya "Juna belum bisa berdamai dengan kebencian ini,bang."
"Maaf." Lirihnya
"Maaf kalau Juna egois. Juna masih butuh nasehat dari bang asa."
"bang asa harus cepat sembuh. Tau gak kemarin Juna gak segaja liat dua sahabat abang lagi berantem,bukan berantem bercanda kek biasanya, tapi berantem serius. Mereka cekcok berdua." Adu Juna kepada asa
"Dan- asal bang asa tau aja,kalau kak Nala sering ke sini, tapi gak pernah mampir."
"Ayo bang bangun. Kak anala,bang Rey,bang Azka Mereka butuh bang asa."
"Kalau bang asa gak bangun,Juna pastiin kak Nala gak bakalan pernah ketemu Abang lagi!." Ancamannya. "Juna gak main main lho,bang" sambungnya
Tangan asa yang Juna genggam perlahan mulai memberi respon, tangan asa bergerak. Juna terbelalak kaget saat melihat respon asa. Apakah gara gara ia mengancam tadi?kalau memang ia apakah sepengaruh itu sekarang nama Anala di hidupnya?
Mata yang semula terpejam mulai sedikit demi sedikit terbuka, perlahan sinar terang memasuki Indra penglihatannya. Ruangan ber nuansa putih dan bau obat obatan, Teryata masih di ruangan yang sama, ia mulai tersadar.
"Bang asa?"
"Tunggu,Juna panggilin dokter yaa"
Juna yang hendak pergi justru langkah kakinya terhenti saat asa memegang pergelangan tangannya,
"Ana-la.."
****
Nala sedang tertatih tatih memberikan pupuk pada bunga bunga yang ia tanami di halaman rumah. Ia juga menyiram beberapa bunga bunga lainya. "Nala." Panggil buk sari
"Iya ma." Jawabnya
Jangan salah kalau Nala memanggil panggilan kepada buk sari dengan sebutan mama,karna buk sari lah yang menyuruh Nala untuk memanggil dirinya dengan sebutan mama karna ia telah menganggap anala sebagai anaknya sendiri. " Mama mau keluar bentar bareng Rala, mau ke pasar."
Nala tersenyum mengangguk. "Iya ma."
"Daa kak Nala." Ujar Rala bocah berusia 5 tahun itu melambaikan tangannya ke arah sang kakak dan nala pun membalas lambaian sang adik
"Yok Rala, taksinya udah nunggu tu."
"Ayok"
Nala memandangi kepergian taksi itu hingga menghilang dari pandangannya,lalu ia kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asara Bersama Bintang [Segera]✓
Fantasía"kalau aku pergi maka cerita kita udah selesai dan kamu harus bahagia Tanpa aku." _____________________ Kisah tentang seorang pemuda si penyuka mawar putih. Si penderita leukimia yang di pertemukan dengan seorang gadis penderita tunanetra. Seorang P...