01. Peluang Kabur

494 30 1
                                    

Derap langkah yang kuat dan cepat menggema di seluruh ruangan, menimbulkan getaran yang terasa hingga ke tulang. Suara hentakan kaki yang beradu dengan lantai menimbulkan dentuman berirama, seolah-olah ada pasukan besar yang sedang bergerak maju. Setiap langkah diambil dengan penuh tenaga, menandakan adanya urgensitas dan ketegangan yang tinggi.

Suara hentakan kaki yang bergema di ruangan itu terasa memenuhi seluruh ruang, membuat gadis berhijab lebar yang mendengarnya merasa tegang dan waspada, menyeret kakinya lebar-lebar merasakan bahaya semakin mendekat.

Peluh terlihat di pelipisnya, dengan bibir bergetar gadis yang tidak lain adalah Alila berusaha untuk tidak menangis di sana, segera bersembunyi di samping bangku rongsokan untuk sementara.

"Woy, keluar!"

Mereka menyeru keras, membuat Alila kalang kabut di tempatnya. Tidak tahu harus berbuat apa, Alila tidak mengerti mengapa dia sampai berada di tempat asing ini. Gelap, dan sulit menemukan jalan keluar.

Alila sudah tidak dapat berpikir jernih, bahaya menunggunya dan siap menerkam jika pergerakannya diketahui. Sialnya, mereka justru berhenti di sekitar tempat persembunyian Alila, menelisik ke segala penjuru ruangan redup tersebut.

Alila semakin tidak bisa mengkondisikan diri, dia terlalu takut sampai isaknya tak lagi tertahan. Kedua laki-laki tak dikenal itu sontak menoleh ke arahnya sementara Alila bangkit dan berlari tunggang langgang menghindari kejaran.

"Berhenti, woy!" teriak mereka bersamaan menyusul langkah Alila.

Kedua laki-laki itu berpencar di lorong gedung tersebut, hingga di perempatan salah seorang dari mereka berhasil memblokir jalan Alila yang baru saja akan melewati lorong tersebut.

Laki-laki itu menyeringai seram dengan langkah yang ditarik mendekat, Alila semakin waspada.

"Mau ke mana kamu, hah?" tanya laki-laki berkumis tipis itu menatap tajam Alila.

Alila menggeleng lemah, langkahnya tertarik mundur berusaha menghindar. "Lepaskan saya!"

"Loh, di sini rupanya," sahut salah satu dari keduanya datang menghadang dari arah berlawan.

Alila terkepung.

"Sudah cukup main-mainnya, Sayang. Simpan saja tenagamu itu untuk malam ini," ujar laki-laki itu meraih lengan Alila, mencengkeram kuat.

"Lepas!" berontak Alila, terkejut.

"Diam!" teriaknya justru mendapat polotan tajam dari gadis itu.

"Anda yang diam. Lepaskan saya, saya nggak mau ikut kalian!" balas Alila spontan mengigit tangan laki-laki tersebut. Detik berikut Alila tersentak tatkala disikut laki-laki tersebut.

Gadis berkerudung hitam itu tersungkur, merasa perih di jidatnya akibat terbentur dinding lorong.

"Sialan. Seret dia!" teriak laki-laki itu seraya meringis kesakitan melihat bekas gigitan Alila yang membuat tangannya seketika memar.

Alila tak mau kalah telak, bersegera bangkit dari sana dan berlari menerobos kawanan penjahat itu. Tentu tak mudah bagi Alila saat kerudungnya berhasil ditarik dari belakang.

"Lepas. Tolong!" teriak Alila, suaranya hampir tak terdengar karena sejak tadi berteriak dan mengumpati orang-orang itu.

"Berisik. Ikut!"

Laki-laki itu kembali menyeret Alila dari lorong, menghiraukan Alila yang sejak tadi meminta dilepaskan. Gadis tak berdaya itu mulai frustrasi, tetapi tak menyerah meskipun dia kembali terseret ke tempat di mana dia terbangun dari alam bawah sadar.

Alila benar-benar kebingungan, tiba-tiba sudah di ruangan yang bahkan tidak dia ketahui tempatnya. Dia kemudian terlempar ke arah meja rongsokan di ruangan itu, meringis sejadi-jadinya begitu perutnya merasakan sakit tak tertahankan saat bertubrukan dengan benda keras itu.

MunazarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang