1

21.6K 1.1K 19
                                    

9 tahun kemudian

Suasana pagi mansion Arbian masih sepi hanya suara alat dapur yang dipakai untuk menyiapkan sarapan keluarga Arbian.

Pyar

Suara Pecahan piring membuat semua orang yang berada di dapur mengalihkan pandangan mereka pada seorang pemuda yang sedari tadi sibuk mencuci piring.

"Tangan kamu gpp kan Dev?" Tanya Bi Inah selalu maid tertua di mansion Arbian.

"Gpp kok bi, tadi nggk sengaja kesenggol, jadi jatuh piringnya, maafin Devan ya bi" ucap Devan. Devan sudah tumbuh menjadi seorang remaja yang tampan tapi dengan keadaan yang sama seperti saat dia kecil.

"Sudah gpp, kamu pergi aja siap siap sekolah, nanti kamu telat" ucap bi Inah. Dia yang selama ini merawat Devan disaat semua orang bersikap acuh pada Devan. Hanya bi Inah yang dengan ikhlas merawatnya.

"Tapi bi, nanti tuan tau dan marah ke bibi" takut Devan seraya memungut pecahan piring itu.

"Ada apa bi" suara yang tuan membuat semua para maid dan Devan terdiam.

Alex pun menghampiri BI Inah dan Devan yang tengah berjongkok. Melihat pecahan piring, seketika Alex langsung menatap tajam Devan dan menarik kasar tangan Devan membuat Devan berdiri sambil menundukkan kepala.

Tanpa ada yang memberitahu pun, dia sudah tau siapa pelakunya

"Dasar nggk becus, sudah berapa piring yang kamu pecahin ha!!" Marah Alex

"Maaf tuan" hanya itu yang bisa diucapkan Devan. Dia merutuki dirinya yang ceroboh.

PLAK PLAK DUG

Dengan marah Alex menampar Devan lalu menendangnya. Membuat Devan tersungkur sambil memegangi perutnya yang terkena tendangan Alex.

"Teruslah berbuat kesalahan" Alex pun pergi dari dapur. 

Melihat tuannya pergi, dengan tergesa gesa bi Inah menghampiri Devan.

"Bibi udah suruh kamu pergi, kenapa nggk dengerin bibi Dev," bi Inah sambil mengelus pipi Devan yang merah bekas tamparan alex tadi.

"Gpp kok bi, bibi kan ngajari Devan buat mengakui kesalahan" jawab  devan dengan lembut.

Mendengar itu bi Inah pun tersenyum

"Ya sudah sana kamu cepet siap siap"

"Iya bi, makasih ya bi"
Devan pun melangkah menuju kamarnya.

Bi Inah pun membersihkan pecahan piring tadi yang sempat tertunda.

###

Kini Devan pun telah selesai bersiap dan segera mengambil tasnya. Begitu keluar dari kamarnya Devan langsung menghampiri BI Inah yang tengah menata piring untuk sarapan para maid dan pengawal.

"Devan bekal aja bi, klo sarapan disini nanti Devan telat ke sekolahnya"

"Iya ini udah bibi siapin kok" bi Inah memberikan kotak bekal pada Devan dan  langsung dimasukan dalam tasnya

"Belajar yang rajin ya Dev, klo capek Istirahat jangan dipaksa, tabungan bibi cukup kok buat bayar SPP kamu"

Mendengar penuturan bi Inah Devan pun tersenyum

"Nggk usah bi, simpen aja tabungannya. Lagian Devan suka klo kerja di cafe, bisa sekalian main sama temen temen di sana. Yaudah bi, Devan pamit sekolah dulu ya" Devan mencium tangan bi Inah.

"Iya hati hati ya di jalan"

Devan pun melangkah menuju ruang makan yang saat ini Alex dan anak anaknya tengah menikmati sarapan.

"Devan pamit sekolah dulu tuan" pamit Devan di sebelah Alex

Namun Alex menanggapi ucapan devan.

Sadar bahwa ucapannya angin lalu Devan pun tersenyum tipis

"Permisi" dengan langkah pelan Devan meninggalkan ruang makan

"Sampai kapan kita mengabaikan dia  dad" gio anak pertama Alex

"Selamanya" jawab Alex datar

"Kakak nggk lupa kan penyebab kita kehilangan mommy" Zeland anak ke dua menimpali

Gio pun terdiam dan melanjutkan acara makan nya yang sempat tertunda.

###

"Hah, padahal udah biasa tapi tetep aja sakit" keluh Devan saat sampai didepan gerbang mansion.

"Tapi gpp yang penting aku udah pamit, jadi sekarang aku harus pergi sekolah. Duh kurang 20 menit lagi bel masuk"

"Ok kamu bisa Devan semangat"  Devan pun berlari menuju sekolah nya yang berjalan 1.5 km dari kompleknya.

invisible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang