19

12.7K 1K 82
                                    

Desir angin pantai menyapu lembut wajah Devan yang sedang memejamkan mata. Tadi pagi setelah sarapan tiba tiba Azam mengajaknya ke pantai untuk sekedar cuci mata.

"Nih" ucap azam yang baru saja duduk disebelah Devan sambil membawa 2 es kelapa ditangan. Dan memberikan 1 pada Devan.

"Makasih" ucap Devan menerima es kelapanya.

"Jadi pengen tinggal disini aja, nyaman anginnya sejuk" ucap azam.

"Sama" Devan menyetujui ucapan Azam.

"Habis ini nyari makan Dev, sumpah laper banget gua" keluh azam lalu meletakkan es kelapa yang sudah habis. Padahal Punya Devan masih sisa setengah.

"Baru 4 jam lalu kita makan zam, itu perut apa tong" canda devan.

"Sok banget Lo, gua nyetir kesini juga pake tenaga ya beda sama Lo yang cuma duduk manis main ponsel" cibir Azam.

"Iya iya sipaling supir" ledek Devan lalu berlari menjauhi Azam yang kesal.

Hingga Azam mengerjarnya dan mereka berlarian dibibir pantai di iringi tawa bahagia.
Mengabaikan salah satu ponsel berdering beberapa kali dengan nama panggilan yang sama.

"Kamu kemana sih nak" ucap bi Inah yang cemas karena Devan tak kunjung menjawab telfonnya.

"Bibi dari tadi kok cemas bingung gitu kenapa?" Ucap Rina saat melihat bi Inah kebingungan dari pagi.

"Devan nggak pulang dari semalem Rin, bibi khawatir terjadi sesuatu sama dia, udah ditelfon tapi nggak diangkat" jawab bi Inah.

"Astaga, tapi tuan Alex nggak tau kan bi" meskipun tidak pernah merawat Devan, tetap saja Rina cemas jika anak itu tiba tiba hilang.

"Ya tau Rin, malah tuan Alex yang nunggu devan pulang didepan tadi malam" ucap bi Inah.

"Yaudah sekarang bibi tenang, Devan pasti lagi ada keperluan lain, Rina yakin Devan bakal pulang" ucap Rina menenangkan Bi Inah.

Bi Inah hanya mengangguk kepala lemah dan kembali ke dalam mansion. Berusaha tetap tenang meskipun hatinya masih resah.

"Sialan, saya rela menunggu sampai jam 2 pagi tapi anak itu nggak pulang" gumam Alex sambil mengepalkan tangan diatas meja kerjanya.

###

"Besok nggak ada tugas kan Dev" ucap Azam sambil menyetir.

Setelah puas bermain air tadi mereka mencari resto untuk mengisi perut dan kemudian berkeliling ke berbagai tempat hingga tak terasa hari sudah menjelang sore.

"Dah sana keluar sumpek gua liat muka Lo terus" ucap Azam saat mobilnya berhenti di depan mansion Arbian.

"Ish iya iya gua turun, ketemu besok bye" ucap Devan keluar dari mobil.

Setelah melihat mobil Azam menghilang dari pandangannya Devan langsung membuka gerbang. Aneh hari ini pak Dani tidak ada di pos biasanya selalu standby.

Devan dengan santai berjalan tanpa menyadari Alex yang menunggunya didepan pintu mansion dengan wajah yang menahan marah.

"Berani kamu bertingkah seenaknya ha!!!" Marah Alex saat Devan berada dihadapannya

Devan tak menjawab dan hanya menatap malas Alex. Membuat Alex emosi dan mencengkeram kuat dagu Devan hingga anak itu meringis.

"Sudah mulai berani, ingat jika saya tidak menampungmu disini, pasti kamu sudah menjadi gelandangan diluar sana" ucap Alex.

"Jika anda tidak mau menampung saya, biarkan saya pergi" ucap Devan dengan berani.

DUGH

Mendengar ucapan Devan, Alex marah dan menendang perut Devan hingga tersungkur. Dan langsung menyeret devan ke halaman belakang.

invisible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang