Dengan tas yang tersampir dibahu kanannya, Revan menuruni tangga langsung menuju ke dapur."Bi, Devan mana?" Tanya Revan ketika tak melihat Devan.
"Devan barusan berangkat tuan muda" jawab bi Inah.
"Ini masih jam 6 loh bi, apel juga jam 7.30" ucap Revan sambil melihat jam ditangannya.
"Iya tuan muda, Devan memang selalu berangkat jam segini. Biar nggak telat pas Sampe sekolahnya" ucap bi Inah.
"Lah emang Devan sekolah dimana bi?" Kepo Revan.
"Di ARBI High school tuan muda, memangnya Devan nggak ngasih tau tuan muda" jawab bi Inah.
"Hah nggak bi, Devan kalo sama aku nggk pernah cerita apapun" kesal Revan karena Devan tidak terbuka dengannya.
"Yaudah deh bi, Revan mau sarapan dulu, makasih ya bi" ucap Revan lalu pergi ke ruang makan dimana Alex dan 2 kakaknya sudah duduk disana.
Setelah sarapan, Revan langsung menuju mobilnya dan menghidupkan mesin.
Brug
Zeland tiba tiba masuk dan duduk disebelah Revan. Membuat siempunya mobil menoleh ke arah Zeland.
"Ngapain Lo masuk mobil gua, keluar" usir Revan.
"Ck nebeng kali, motor gua kempes lagian kita juga 1 sekolah" alibi Zeland.
Padahal Zeland juga punya mobil yang terparkir manis digarasi.
"Lo punya mobil juga klo lupa, sana keluar" ucap Revan sambil mendorong tubuh Zeland berharap pemuda didepan nya yang notabenenya kakaknya sendiri keluar dari mobil Revan.
Tapi Zeland hanya diam tak bergerak sedikitpun.
"Kalo Lo tetep maksa gua keluar dari mobil Lo, jangan harap Devan bisa tenang sekolah, dia cuma murid beasiswa dan bukan hal sulit buat ngeluarin dia" ucap Zeland dengan smirk.
Revan terdiam lalu melajukan mobilnya menuju sekolah.
Kenapa Zeland bisa tau jika Devan bersekolah di sekolah milik Daddy nya? Karena saat Zeland mengambil gitarnya yang berada di balkon kamarnya, Zeland tak sengaja melihat Devan yang berjalan keluar dari gerbang dengan menggunakan seragam ARBI.
Zeland tau jika devan pasti mendapat beasiswa disekolahnya karna tidak mungkin anak itu masuk jalur mandiri karena biaya untuk bersekolah di ARBI tidak bisa dikatakan murah.
Selama diperjalanan Revan hanya fokus menyetir sedangkan Zeland sibuk dengan ponselnya.
Hanya 15 menit perjalanan, mereka berdua telah sampai di ARBI. Zeland menyimpan ponselnya dan mengarahkan Revan tempat parkirnya.
"Pulang jangan tinggalin gua" ucap Zeland saat keduanya keluar dari mobil.
"Ayo gua anterin cari kelas mpls Lo" ucap Zeland sambil menarik tangan Revan.
"Ish gua bisa sendiri" tolak Revan tapi membiarkan Zeland menarik tangannya.
Lagian dia juga belum hafal lingkungan sekolahnya.
"Weeee si dedek lagi nyari kelas ya" ucap Darren yang datang lalu merangkul pundak Revan.
Zeland melihat raut kesal Revan, melepaskan rangkulan Darren.
"Masih pagi jangan bikin ulah" ucap Zeland sambil menatap tajam Darren.
"Nah ini kelas Lo kelompok 2, sana gih masuk, belajar yang pinter jangan bikin ulah" ucap Zeland sambil mengusak rambut Revan.
Lalu Zeland pergi bersama Darren meninggalkan Revan yang kesal karena rambutnya berantakan. Tapi kemudian revan tersenyum, hatinya menghangat karena perlakuan Zeland.
KAMU SEDANG MEMBACA
invisible
Ficción GeneralDevan yang harus berpisah dengan kembarannya dan bertahan ditengah keluarga yang tak mengharapkan kehadirannya