38

7.5K 607 30
                                    

Mobil niana berhenti tepat didepan sekolah Devan,Hari ini niana yang mengantar Devan sendiri Karena ada urusan yang diselesaikan.

"Mom aku masuk dulu makasih udah nganterin Devan" pamit Devan dengan tersenyum pada niana tak lupa menyalami niana.

"Iya belajar yang rajin jangan telat makan, mommy berangkat dulu ya" ucap niana tersenyum.

"Ok mom" ucap Devan lalu keluar dari mobil dan berjalan ke arah gerbang yang masih tidak terlalu ramai.

Devan terus berjalan melewati lapangan menuju kelasnya hingga sebuah tangan mencekal lengannya membuat Devan berhenti melangkah.

"Kita perlu bicara" ucap seseorang itu yang tak lain adalah Revan.

"Jangan disini, saudara gua nggak bakal biarin gua Deket sama Lo" ucap Devan membuat Revan terdiam.

"Ok kita pergi " ucap Revan membuat Devan berjalan ke parkiran tempat mobil Revan berada.

"Gua juga saudara Lo Dev" ucap Revan sebelum mengikuti Devan.

"Nih" ucap Revan sembari menjulurkan sebuah Hoodie putih miliknya yang berada dikursi belakang.

"Buat apa?" Tanya Devan.

"Kita bolos, dan gua nggak mau ketangkep Satpol-PP" ucap Revan mulai menjalankan mobilnya.

Devan akhirnya mengganti seragamnya dengan Hoodie itu.

Setelah menempuh hampir 2 perjalanan mobil Revan berhenti disebuah pantai yang sepi mengingat hari ini adalah hari umum. Hanya beberapa orang saja yang berada dipantai itu.

"Cepet Lo mau omong apa, gua nggak mau keluarga gua khawatir" ucap Devan duduk dihamparan pasir yang teduh.

Revan yang duduk dipinggirnya lagi lagi tersenyum getir mendengar ucapan Devan.

"Lo bahagia ya Dev" ucap Revan pelan tanpa menatap Devan.

"Hm? Gua udah nemuin bahagia gua van. Setelah 16 tahun gua sendiri akhirnya mama dan yang lain datang ngerangkul gua keluar dari kegelapan" ucap Devan dengan tatapan lurus ke arah pantai.

"Maaf" lirih Revan yang masih didengar oleh Devan.

"Maaf? Buat apa? Gua masih hidup kok nggak perlu minta maaf" ucapan Devan membuat Revan tersindir.

"Awalnya gua kecewa kenapa mama ninggalin kita dari kecil. Tapi akhirnya gua tau ini semua rekayasa kakek supaya tuan Alex sadar tapi kita malah jadi korbannya"

"Ah bukan. Lebih tepatnya gua yang jadi korban" ucap Devan.

"Jangan playing victim Dev, Kita sama sama menderita waktu itu" bantah Revan.

"Menderita? Lo? Keliatan bohongnya" ucap Devan.

"Cukup Dev, kita disini mau selesain masalah kita. Gua nggak mau ribut sama Lo" ucap Revan menahan emosi.

Heran kenapa adik kembarnya ini berubah menjadi berani.

"Setelah gua pergi dari Arbian masalah kita udah selesai Van" ucap Devan.

"Nggak!! Lo nggak bisa seenaknya pergi dari Arbian" ucap Revan.

"Lo aja dulu main pergi ninggalin gua yang sekarat kenapa sekarang gua nggak boleh" ucap Devan tersenyum miring

"Bisa nggak sih Lo nggak usah bahas masalalu" ucap Revan kesal.

"Nggak bisa, penderitaan gua nggak bisa hilang gitu aja. Apalagi dengan ucapan maaf dan raut penyesalan kayak Lo gini" ucap Devan melirik sinis Revan.

BUGH

Revan kepalang emosi memukul Devan membuat sudut bibir adiknya itu berdarah.

Devan mengusap sudut bibirnya dan..

invisible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang