Devan kini mulai terbiasa dengan kehidupan barunya. Dia bersyukur bisa bersama dengan keluarga mommynya yang sangat baik meskipun terkadang Revan sering bermain ke mansion azendra sekedar bertemu dengan mommynya.
Awalnya Devan memaklumi bagaimanapun ia dan Revan juga tidak pernah bertemu dengan niana. Tapi lama kelamaan sikap Revan yang selalu memonopoli niana membuat Devan muak. Membuat Devan tidak punya banyak waktu bersama mommynya.
Seperti sekarang, pagi pagi sekali Revan sudah berada dimansion Azendra. Langsung bermanja dengan niana.
"Dev" panggil Zildan membuat Devan tersar dari lamunannya.
"Ngapain bengong disini, udara masih dingin" tegur zildan saat melihat Devan yang duduk dibangku taman belakang.
"Gapapa kak" ucap Devan pelan.
Merasa suasana hati Adiknya yang memburuk, zildan ikut duduk disebelah Devan.
"Lo pasti nggak nyaman kan ngeliat Revan disini" ucap zildan to the point.
"Hah nggak kok" ucap Devan bersikap santai.
"Yang lain juga sebenernya risih ngeliat revan, tapi ya Lo tau sendiri kalo dia masih keturunan azendra" ucap zildan.
"Lo tenang aja kami nggk bakal biarin lo menderita lagi. Tapi Lo harus berani lawan dia, adek gua bukan cowok lemah. Paham" ucap zildan mengelus rambut Devan.
"Paham" ucap Devan pelan.
"Ayo waktunya sarapan" ajak zildan.
Lalu mereka berdua masuk dari pintu dapur menuju meja makan. Saat mereka sampai, semua sudah berkumpul dan menunggu kedatangan mereka.
"Zildan Devan ayo duduk, sarapan udah siap" perintah Rani.
Zildan kemudian duduk disamping Oliver sedangkan Devan diam melihat kursi yang biasa ia duduki sekarang diambil alih oleh Revan.
"Itu kursi gua" ucap Devan memberanikan diri bicara pada Revan setelah selama ini menghindar.
"Ah maaf Dev, biarin kali ini gua duduk disini ya selanjutnya gua pindah kok" jawab Revan.
"Tiap duduk dikursi gua, Lo selalu bilang gitu tapi Lo nggak pernah pindah. Lo tau nggak sih artinya hak" ucap Devan kesal.
Sedangkan yang lain diam,melatih Devan untuk berani bertindak.
"Ngapain bahas hak, gua cuma duduk lagian salah kalo gua Deket sama mommy. Jangan egois dev" ucap Revan.
"Egois? Nggak kebalik? Siapa yang dari dulu udah egois ha!! Asal Lo tau Revan, selama Lo disini Lo selalu buat mommy perhatiin Lo"
"Apa Arbian nggak cukup Sampe Lo ngemis perhatian sama Azendra" ucap Devan.
BRAKK
"APA MAKSUD LO BANGSAT" marah Revan mengebrak meja makan.
Membuat makanan sedikit bergetar tapi Azendra tetap bersikap tenang.
"Hahaha gitu aja marah, memang fakta kan?"
"Setelah gua pikir nggak ada gunanya gua baik dan ngalah sama Lo yang udah punya segalanya"
"Kenapa sih Lo masih disini, padahal udah jelas kalo azendra tau kelakuan Lo dan si Alex itu. Nggak tau malu apa emang nggak punya muka" ucap Devan.
Revan memerah mendengar ucapan Devan. Bagaimana adiknya ini berani berkata seperti itu padahal dia tau Devan ini penakut.
"Devan gunakan bahasamu dengan baik" tegur Reno.
"Maaf ayah" ucap Devan dan diangguki oleh Reno.
"Sekarang Lo pindah dari kursi gua atau nggak usah nginjekin kaki lagi disini" usir Devan dengan menatap tajam revan di sertai Aura dingin yang baru kali ini Devan perlihatkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
invisible
General FictionDevan yang harus berpisah dengan kembarannya dan bertahan ditengah keluarga yang tak mengharapkan kehadirannya