Kriettt
Oliver membuka pintu kamar Devan perlahan, meskipun terburu buru mereka tidak mau merusak pintu yang memicu kemarahan Edger.
"Gelap banget ni kamar, Lo yakin Devan ada disini Zil" bisik Oliver diambang pintu.
"Jangan banyak omong, cepet nyalain saklarnya" perintah zildan yang langsung dipatuhi oleh Oliver.
Ctakk
Kamar Devan seketika terang, dan nampak gundukan diatas ranjang Devan yang tertutup selimut.
"Hm bener kan kata gua, tu anak mesti tidur" ucap Oliver tersenyum pongah menuju ranjang Devan.
Srekkk
Dengan cepat Oliver membuka selimutnya.
"LOH KOK GULING? ZIL ADEK LO BERUBAH JADI GULING!!!!" Teriak Oliver panik melihat gundukan selimut yang ternyata guling.
Sedangkan para orang tua yang mengikuti Oliver dan zildan tadi segera memasuki kamar devan.
"Apa yang terjadi Zil?" Tanya Vela.
"Bun Devan berubah jadi guling, tolong ubah Devan jadi manusia lagi huuaaa" ucap Oliver menggenggam tangan Vela.
PLAKKK
"Bodoh" gumam Reno setelah menggeplak kepala putranya yang kelewat pintar itu.
"Oli beneran yah!!" Ucap Oliver mengusap kepalanya yang nyeri.
Reno tidak menggubris perkataan Oliver, dan fokus memandang ponselnya yang menampilkan lokasi lalu menyimpan ponselnya disakunya.
"Bagaimana ren?" Tanya Rani dengan cemas.
Reno lalu menuju WIC Devan dan membuka pintunya perlahan. Dan terlihat anak yang sedari tadi dicarinya sedang duduk lesehan disebelah rak sepatu.
Dengan kompor portable dihadapannya jangan lupakan panci kecil yang mengeluarkan uap panas.
Dengan geram, niana melangkah mendekati Devan yang belum menyadari keberadaan keluarganya dan sedang asyik menikmati makanan favoritnya sambil menonton film diponselnya.
"Akhhh mom sakit aduh mom" pekik Devan saat niana menarik telinga dengan kasar.
"Udah mulai bandel ya sekarang kamu, bolos nggak ada kabar" omel niana masih terus menarik telinga Devan.
"I-iya dengerin penjelasan Devan dulu mom, tapi lepasin dulu telinga Devan sakit" ucap Devan menatap niana memohon.
Niana yang ditatap Devan pun menyadari sudut bibir Devan yang terluka. Bukannya melepas, niana semakin menarik telinga Devan hingga anak itu berdiri.
"Arggh aduh mom sakit kok tambah kenceng, bunda tolongin Devan!!! Nenek!!!" Mohon Devan tapi mereka hanya diam.
Segera niana membawa Devan keluar dari WIC di ikuti yang lain menyisakan Oliver dan zildan yang masih terpaku pada panci mie yang menggugah selera.
"Habisin ini dulu nggak sih Zil? Sayang kalo harus dibuang, biarin si Devan dihukum tapi mienya kan nggak salah" ucap Oliver.
"Setuju, lagian Devan juga nggak bakal boleh makan ginian lagi" ucap zildan.
Akhirnya mereka berdua duduk bersilah bersiap memakan mie yang dibuat Devan itu.
"Eh geseran dong, ayah juga mau" ucap Reno yang barusan saja ikut duduk.
Niat awal kembali ke WIC untuk mengajak putranya malah tergiur dengan ucapan Oliver.
"Loh kok ayah disini, nanti yang lain nyariin gimana" tanya zildan.
"Udah ada kakek kalian yang urus" ucap Reno.
Dan berakhir mereka bertiga menghabiskan mie Devan dengan gembira.
.
.
.
.
"Jelasin sekarang" ucap Edger pada Devan yang berada dihadapannya sedang menunduk takut pada Edger.
"Devan!!!" Sentak Edger membuat Devan berdecit kaget.
"Kakek nggak bakal marah kalo kamu bisa jelasin apa yang terjadi hari ini" ucap Edger sedikit melembut.
Dengan menunduk Devan menjelaskan perihal ia dan Revan yang dipantai hingga Devan pulang menaiki angkutan umum dan mendekam dikamarnya tak tau waktu.
"Maafin Devan, udah bolos nggak ngabarin kalian waktu sama Revan" sesal Devan.
"Kami tidak pernah membatasi kegiatanmu tapi kami khawatir terjadi sesuatu mengingat Alex masih mengincarmu. Kamu paham kan maksud kami" ucap Edger dengan tegas.
"Devan paham kek" ucap Devan masih menunduk.
Srett
Rani lalu menarik dagu cucunya agar menatapnya. Dan terlihat wajah yang tadi pagi bersih sekarang Pucat dengan mata sendu dan sudut bibir yang terluka.
"Sekarang nenek obati lukamu" ucap Rani dengan tersenyum lembut.
Devan mengangguk lalu menatap niana yang masih enggan menatapnya.
Beberapa menit kemudian Rani selesai mengobati Devan dan membereskan kotak obatnya.
"Sekarang makan malam terus mandi dan tidur. Jangan bandel lagi" perintah Rani.
"Baik nek" ucap Devan beranjak menuju ruang makan.
"Huft nakal sekali putramu itu" ucap Edger pada niana.
"Dia masih labil yah" sahut Vela.
Sedangkan niana bukanya menyahut, dia malah mengikuti Devan ke ruang makan.
"Biarkan mereka berdua" ucap Rani saat melihat Vela ingin menyusul niana.
"Iya Bu" ucap Vela.
.
.
.
.
Ceklek
Alex membuka pintu kamar Revan dan duduk diranjang Revan menunggu si empunya yang sedang mandi.
15 menit kemudian Revan keluar dari kamar mandi dengan piyamanya terkejut melihat keberadaan Alex yang berada dikamarnya.
Revan kembali berjalan menuju ranjangnya lalu berbaring menghiraukan Alex yang sedang menatapnya.
"Jangan langsung tidur, ayo Daddy temenin makan malam" bujuk Alex tapi Revan hanya diam memunggungi nya.
"Revan, Daddy minta maaf Daddy kelepasan tadi sekarang ayo kita makan malam" ucap Alex menarik selimut Revan.
Membuat Revan mau tak mau bangkit dari tidurnya dan menatap Alex sendu.
"Daddy harus tau kalo aku ngelakuin semua ini agar Devan kembali kesini. Aku nggak mau nyakitin Devan lagi aku hidup bareng sama Devan dad" jelas Revan dengan mata berkaca kaca.
"Maaf, Daddy nggak pernah ngerti kalian. Daddy terlalu gegabah, besok kita sama sama bawa kembali kesini ok" ucap Alex mengusap kepala Revan sambil tersenyum.
"Makasih dad" ucap Revan sambil memeluk erat tubuh Alex.
"Cepat kemasi baju baju kamu" ucap niana lalu pergi dari ruang makan.
Meninggalkan Devan yang meremas sendoknya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
invisible
General FictionDevan yang harus berpisah dengan kembarannya dan bertahan ditengah keluarga yang tak mengharapkan kehadirannya