Prittttt
Pluit panjang menandakan break sebelum menuju babak terakhir. Semua pemain beralih ke pinggir lapangan untuk beristirahat dan menyusun strategi.
"Gila, kenapa budak Lo bisa jago banget sih ze? Perasaan dulu tu anak cupu amat" keluh Diego setelah meminum airnya.
"Jaga mulut Lo, jangan panggil dia budak lagi" ucap Zeland menatap tajam Diego.
Dengan susah payah Diego menelan ludahnya karena tatapan Zeland.
"Ya maaf ze, lagian Lo liat aja ini udah babak terakhir dan skor kita jauh dari tim lawan" ucap Diego.
Lalu Zeland beralih pada skor yang menunjukkan angka 16:20 kemudian beralih pada kumpulan tim lawan yang sedang bersenda gurau termasuk adiknya.
Ah adik? Pantaskah dia menganggap Devan adik setelah semua yang terjadi.
"Gimana ya perasaan Revan pas tau ternyata Devan jago main basket kek gini" celetukan gaara membuat Zeland tersadar dari lamunannya.
Untung saja Revan dan teman temannya tidak mengikuti turnamen kali ini. Jika dia tau pasti anak itu akan membujuk Devan kembali.
"Bagaimana pun caranya kita harus menang dari mereka" tegas Zeland menatap sengit Devan.
Tak lama kemudian Pluit kembali berbunyi. Semua bergegas kembali ke lapangan untuk sesi terakhir.
Pertandingan dimulai, kali ini tim Zeland lebih unggul mencetak poin hingga skor mereka menjadi sama. Tinggal 1 poin untuk menentukan siapa pemenang pertandingan ini.
Zeland lalu mendrible bolanya menuju ring lawan, dengan penuh ambisi Zeland melompat dan melempar bola itu pada ring.
Sedikit lagi tapi tiba tiba Devan menepis bola itu lalu merebut dan mendrible menuju ring tim Zeland.
Dengan penuh amarah, Zeland mengejar Devan dan tepat dibelakang Devan, Zeland dengan sengaja menyenggol tubuh Devan Membuat kedua jatuh bersamaan.
Bruk
Arghhhhh
Teriakan Zeland membuat semua orang menatapnya begitu juga Devan yang tadi sempat terjatuh.
Beruntung Devan terjatuh dengan posisi badan dulu sedangkan zeland dengan posisi kaki yang mendarat tak siap hingga pergelangan kakinya bengkok.
"Kakak!!!" Teriak Devan langsung menghampiri Zeland yang berguling guling merasakan sakit.
"Cepet bawa ke rumah sakit" perintah coach Devan yang panik melihat pergelangan Zeland.
Mereka akhirnya membawa Zeland ke rumah sakit terdekat dari sekolah Devan.
.
.
.
.
Drap drap drap
Derap langkah yang tergesa gesa menggema disepanjang koridor rumah sakit yang kebetulan sepi.
"Devan!!" Panggil niana ketika dia sampai di depan ruang UGD dan melihat Devan juga teman teman zeland yang sedang berkumpul disana.
"Mom" ucap Devan langsung memeluk niana dengan erat.
"Kenapa bisa terjadi Dev? Bagaimana keadaan kakakmu sekarang" cemas niana setelah Devan melepas pelukannya.
"Dokter masih meriksa keadaan kakak mom" ucap Devan.
"Maaf Tante, ini salah Zeland. Tadi dia mau dorong Devan waktu masukin bola. Mereka berdua jatuh bareng" jelas gaara menatap takut pada niana.
Mendengar itu, niana langsung menatap Devan khawatir sembari memeriksa tubuh Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
invisible
Художественная прозаDevan yang harus berpisah dengan kembarannya dan bertahan ditengah keluarga yang tak mengharapkan kehadirannya