37

9.1K 607 22
                                    

"darimana saja kamu, keluyuran terus" ucap Alex ketika Revan baru saja memasuki mansion Arbian.

Tanpa menjawab, Revan terus saja melangkah menuju tangga dengan tatapan kosong.

"Jawab Revan, dari mana saja kamu" ucap Alex mencekal tangan revan agar berhenti.

"Apa urusan anda? Jangan ikut campur masalah saya" ucap Revan tanpa menatap Alex.

"Daddy orang tuamu dan wajar jika Daddy mengkhawatirkanmu" ucap Alex.

"Khawatir? Anda saja dulu tak pernah khawatir saat Devan pulang tengah malam. Cukup dad, Revan nggak mau berdebat yang nggak penting" ucap Revan.

Srekk

"Bilang sama Daddy apa yang kamu mau jangan seperti ini Revan" ucap Alex memegang kedua pundak Revan agar menatapnya.

"Buat Devan sama aku bersama, dan Daddy jauhi Devan jangan sekali kali Daddy deketin adek aku bisa?" Ucap Revan.

"Nggak bisa kan? Daddy pengecut semua karna daddy. Revan benci Daddy" ucap Revan setelah melihat Alex terdiam tanpa menjawab ucapannya.

"Nggak heran kalo mommy ninggalin Daddy, karena Daddy egois nggak pernah mau mengalah" ucap Revan lalu menaiki tangga meninggalkan Alex menahan emosi karena ucapan Revan.

"Nggak usah marah dad, itu memang fakta" celetuk Zeland yang baru kembali dari dapur dengan membawa cemilan.

"Kamu tidak usah ikut campur ze" ucap Alex.

"Ngapain ikut campur, itu urusan Daddy" ucap Zeland lalu menaiki tangga.

"ARGHHHHH kenapa jadi seperti ini" ucap Alex dengan mengacak rambutnya.

.

.

.

.

Sedangkan dimansion Azendra kini tengah ramai dengan para bocah yang sekarang mengacaukan isi kamar Devan. Sarung Bantal terlepas dari bantalnya, selimut dilantai, Snack di atas kasur, dan remahan roti beserta piringnya berantakan di atas karpet bulu. Seperti kapal pecah.

"Hahahaha liat Lo kalah lagi kan" ucap Erigo saat berhasil mengalahkan azam bermain PS 5 ketiga kalinya.

"Ih apaan sih Lo kalah gitu aja udah sok" kesal Azam.

"Liat 2 monyet sedang beradu argumen" ucap Oliver dengan memakan snack sambil menatap erigo dan azam yang berdebat hal tak berguna itu.

"Eh kapan Lo sekolah, inget ya Lo masih bisa teknik Ollie doang" ucap Iqbal.

"Nggak tau juga terserah mommy sih" jawab Devan mengambil kripik.

"Dih anak mommy" ejek firga.

"Apaan sih kak nimbrung aja" kesal Devan.

"Besok lari pagi mau kan?" Tanya zildan mengelus kepala Devan.

Mengingat besok adalah hari Sabtu dan sekolah libur, zildan berniat mengajak Devan lari pagi setelah 3 hari berada  dirumah sakit.

"Boleh, udah lama nggak lari pagi. Terakhir kali sama Revan waktu itu" ucap Devan.

"Nggak usah bawa bawa tu anak bisa nggak? Dan gua minta Lo lupain dia dan semua masa lalu Lo" ucap Oliver menatap tajam devan.

"Iyaa maaf janji nggak bilang lagi" ucap Devan menurut.

Entah kenapa setelah perkataan Orland tadi, Devan seolah tidak mau lagi bersama Revan.

"Lagian gua rasanya kayak tolol kalo masih mau bareng sama Revan" ucap Devan.

"Ya tolol banget, udah tau dibuang nggak dianggap masih aja mau tinggal bareng. Otak Lo kemana adekkkk. Greget banget gua pengen nampol otak Lo yang gubluk itu" gemas Oliver.

invisible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang