Di ruang bawah Tanah terlihat 2 anak kecil yang berada didalam sel penjara. Dengan rantai yang terpasang apik di masing masing kaki mereka.
Kondisi mereka yang tak bisa dikatakan baik, lebam hampir seluruh tubuh dengan darah yang keluar dari robekan luka dan gesekan rantai.
Dengan posisi berjauhan mereka sama sama terdiam menikmati rasa sakit.
"Ini semua gara gara kamu, klo kamu nggk makan mie itu pasti kita tidak akan dihukum seperti ini" Revan menatap tajam kembarannya yang tengah meringkuk diujung sel itu.
"Maaf kak, tapi aku lapar banget Dan aku lihat mie tadi udah basi daripada dibuang, aku makan aja" bela Devan yang tengah memegangi perutnya yang sakit akibat hukuman tadi.
Hening pun melanda
Hingga suara langkah membuat Revan mendongakkan kepalanya melihat siapa yang datang ke tempat kumuh ini
Ceklek
Pintu sel terbuka, seorang pria menghampiri Revan dan mengelus pipinya kemudian melepas rantai yang mengikat dikakinya.
"Maafkan opa yang baru menyadari kehadiranmu nak, mulai sekarang kamu tidak akan merasakan ini lagi. Opa akan membawa kamu. Kita mulai hidup baru. Kamu mau kan?"
"Siapa" Revan bingung karena tak mengenal sosok pria dihadapannya ini
"Saya opa kamu, kamu mau kan ikut sama opa. Disana kamu bisa nggk akan ngerasain hal kyk gini lagi." Bujuk orland sang opa
Mendengar hal itu, sontak Revan menatap kembarannya yang tak terlihat karena ujung sel yang gelap. Entah apa yang dipikirnya, dengan senyuman manis dia menatap pria dihadapannya ini.
"Revan mau opa, cepat bawa Revan pergi dari sini. Revan takut" dengan tubuh bergetar Revan memeluk pria yang diyakini opa nya.
Mendengar ucapan cucunya, orland lantas menggendong Revan sembari berjalan keluar dari sel. Tanpa menyadari ada 1 lagi cucunya yang keadaanya lebih parah dari Revan.
Dengan susah payah, Devan mencoba duduk sambil memegangi perutnya.
"Kakak kenapa ninggalin Devan" lirihnya lalu pandangannya teralihkan pada rantai bekas kembarannya dengan kunci masih melekat.
Devan pun mengambil kunci itu lalu membuka rantai dikakinya. Dan berusaha berjalan keluar dari ruangan bawah tanah itu.
###
Kini semua anggota keluarga Arbian berkumpul diruang tamu.
Semua yang disana pun lantas berdiri ketika melihat Orland dan Revan yang berjalan menuju kearah mereka.
"David kita kembali ke inggris sekarang, dan kamu Alex papa kecewa sama kamu. Jangan pernah kamu temui Revan sampai kamu sadar apa kesalahanmu" dengan tatapan tajam Orland pergi sambil mengendong Revan menuju mobilnya diikuti David Asistennya.
Keadaan seketika hening
"Heh, papa hanya membawa 1 bukan 2 kan" gumam Alex. Bersamaan dia melihat Devan keluar dari ruang bawah Tanah dengan tertatih tatih.
Alex berjalan menghampiri Devan sambil membawa tongkat golf yang berada disamping lemari kaca.
"Jadi biarkan yang 1 ini aku urus"
Bugh
Dengan kejamnya Alex memukul kepala Devan hingga tersungkur. Semua yang melihat kejadian itu sempat terkejut lalu meninggalkan ruang tamu satu persatu tanpa mempedulikan Devan yang kesakitan.
"Kau lihat, bahkan semua orang melihat ini tapi mereka menjauh, harusnya kamu sadar kamu itu nggk berguna bodoh" ucap Alex sambil mencengkram pipi Devan lalu menghempaskannya.
Devan pun hanya bisa menangis tanpa menjawab ucapan tuan nya yang sebenarnya adalah ayah kandungnya sendiri.
"Sekarang kita buat permainan ini jadi lebih seru, Roy ambilkan serum itu" perintah Alex pada asistennya yang sedari tadi berdiri di sebelah pintu keluar.
Beberapa saat kemudian Roy kembali dengan membawa koper kecil lalu memberikannya pada sang Tuan.
Alex pun membuka koper itu dan mengambil suntikan yang sudah berisi cairan entah apa fungsinya.
Dengan kasar Alex menarik leher Devan lalu menancapkan suntikan itu.
Devan pun meringis merasakan jarum menusuk lehernya. Dan tak lama Devan pun terkulai tak sadarkan diri.
Melihat Devan yang pingsan, Alex pun tersenyum dan menutup kopernya lalu pergi meninggalkan Devan.
Roy menghampiri Devan lalu menggendongnya menuju kamar Devan yang terletak dibelakang dapur bersebelahan dengan kamar mandi.
Dengan hati hati Roy meletakkan Devan diatas selembar kardus tempat Devan dan Revan tidur.
"Maaf" gumam Roy sambil mengusap rambut Devan lalu berjalan keluar dari kamar Devan.
Masih pemula nulis
Maaf kalo ceritanya nggk nyambung
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
invisible
General FictionDevan yang harus berpisah dengan kembarannya dan bertahan ditengah keluarga yang tak mengharapkan kehadirannya