11

12.5K 886 19
                                    

Devan mengerjapkan matanya melihat jam yang menunjukkan pukul 5 pagi. Devan mencoba duduk sambil meringis merasakan perutnya nyeri. 

Terkadang Devan ingin menanyakan keberadaan orang tuanya pada Alex namun dia takut bukan jawaban yang diterimanya tapi pukulan. Pernah sekali Devan bertanya pada bi Inah tapi bi Inah hanya tersenyum tanpa menjawab. 

Kenapa orang tuanya tidak pernah menemuinya atau memang benar yang dikatakan Zeland jika dia memang anak pembawa sial. Dan kenapa wajahnya dengan sedikit mirip dengan revan. 

Puas melamun Devan mengambil handuknya bersiap untuk mandi.

Setelah berganti baju, Devan perlahan mengompres perut dan dadanya yang lebam dengan air hangat yang ia bawa saat selesai mandi tadi. 

"Sshh" desisnya saat lap hangat itu menyentuh bagian perutnya yang lebam. 

Ceklek 

Suara pintu terbuka membuat Devan cepat cepat Devan menyembunyikan baskom airnya dan melempar lapnya ke pojok ruangan. 

"Oh udah bangun ternyata, gua kira masih tidur" ucap Revan sambil mendekati Devan yang tengah gugup. 

"Lo kenapa sih kayak gugup banget, Lo nyembunyiin sesuatu ya" tuduh Revan sambil menunjuk wajah Devan. 

Devan hanya menggelengkan kepalanya. 

"Mmm tuan muda ngapain masuk kamar saya, ini masih sangat pagi" ucap Devan pelan. 

"Gua mau ngajak Lo lari pagi keliling komplek" jawab Revan santai dengan rebahan disamping Devan. 

"GILA LO!!!" teriak Devan 

Revan langsung menatap tajam Devan. Sadar sudah kurang ajar pada majikannya, Devan menundukkan kepalanya merutuki mulutnya yang tidak bisa dikontrol. 

"Maaf tuan muda tapi ini pagi banget, udara dingin" ucap Devan dengan pelan. 

"Ya gua emang sengaja ngajak jam segini. Udaranya sejuk banget dan sepi juga" ucap Revan.

Devan terdiam jika dia ikut badannya masih sakit tapi jika menolak dia pasti akan terkena hukuman dari Alex. 

Tiba tiba Revan bangkit dari rebahannya dan menarik tangan Devan.

"Aduh kelamaan, ayo cepet" ucap Revan. 

Mereka berdua lari pagi berkeliling komplek. Revan tentu sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama Devan meski hanya berlari pagi.

Sedangkan Devan, dengan sekuat tenaga ia berlari kecil mengimbangi Revan sambil meringis memegang perutnya. 

Setelah 1 jam berlari, Revan berhenti didepan gerobak bubur ayam. 

"Dev sarapan dulu" ucap Revan sambil duduk dikursi yang disediakan. 

Devan menghampiri Revan dan duduk disebelahnya.

"Pak buburnya 2 komplit" ucap Revan yang diangguki oleh tukang bubur itu. 

"Minum dulu Dev" ucap Revan sambil menyodorkan air mineral yang ada dimeja. 

Devan menerimanya dan meminumnya hingga setengah botol. 

"Haus bener Lo Dev" Revan terkekeh melihat Devan yang meminum air dengan rakus. 

"Iya tuan muda, anda berlari cepat sekali" alibi Devan. Padahal ia tengah menahan sakit.

"Ck jangan formal bisa nggk? Panggil gua Revan" tekan Revan.

"Tidak bisa, nanti tuan besar akan marah jika saya bersikap tidak sopan" cicit Devan.

invisible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang