Revan menggegam tangan Devan sambil menatap adik kembarnya yang masih tak sadarkan diri.
"Kenapa Lo nggk bilang klo punya alergi sih Dev" sesal Revan karena tidak tau tentang adiknya.
"Maafin gua yang egois ninggalin dan ngebiarin Lo bertahan sendirian disini" ucap Revan dengan air mata mengalir dipipinya.
Perlahan netra coklat itu terbuka perlahan dan mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk pada netranya.
Sedangkan Revan sibuk menangis pelan sambil menunduk Tanpa menyadari kembarannya tengah menatapnya.
"Jangan nangis" lirih Devan membuat Revan mendongakkan kepalanya sambil mengusap air matanya.
Senang melihat Devan sudah sadar, Revan langsung memeluk tubuh Devan erat membuat empunya meringis.
Akhirnya Lo udah sadar, Lo pusing, sesek, atau Lo perlu apa biar gua ambilin" ucap Revan beruntun sambil melepas pelukannya.
"Nggk perlu Van, aku baik baik aja" ucap Devan dengan tersenyum.
Revan mendengar Devan memanggil namanya pun tersenyum bahagia.
Merasa asing dengan tempatnya berada, Devan menatap Revan yang tengah tersenyum menatapnya.
"Ini kamar kamu Van?"
"Bukan ini kamar Daddy"
Devan terkejut bagaimana bisa dia berada dikamar majikannya. Dengan cepat dia langsung berdiri menyebabkan pusing kembali.
Sshh
"Lo ngapain berdiri goblok, udah tau sakit maksa berdiri"
Revan mendorong Devan untuk kembali berbaring.
"Tapi nan-"
Belum selesai berbicara, Revan membungkam mulut Devan dengan tangannya.
"Diem" ucap Revan dengan tajam.
Devan akhirnya terdiam menurut perintah Revan.
Ceklek
Hingga suara pintu terbuka menampakkan Alex memasuki kamarnya sambil menenteng tas kecil.
"Daddy mau bicara sama Devan, kamu keluar dulu" perintah Alex
"Ck gua nggk mau, kalo mau bicara ya bicara aja nggk usah ngusir gua" bantah Revan.
"Ancaman Daddy masih berlaku" ucap Alex santai.
Akhirnya dengan kesal Revan bangkit dari duduknya, dan menatap tajam Alex lalu keluar dari kamar Alex.
Devan melihat kehadiran Alex menundukkan kepalanya sambil meremat selimut yang membalut tubuhnya.
Alex perlahan melangkah mendekati Devan. Membuka tas yang dibawanya lalu mengambil sebuah inhaler.
Alex membuka tutup inhaler lalu mengocoknya.
Srek
Dengan kasar Alex menarik rambut Devan hingga ia mendongak, Alex langsung memasukkan ujung inhalernya pada mulut Devan.
"Nafas Pelan pelan" perintah Alex saat merasakan nafas Devan yang memburu.
Setelah beberapa saat Alex melepaskan cengkraman nya dan menutup inhalernya.
"Istirahat, jangan menyusahkan orang" ketus Alex sambil melempar inhaler tadi pada Devan lalu keluar dari kamarnya.
Devan menatap inhaler yang dilempar Alex sambil tersenyum. Demi apapun ini pemberian pertama Alex selama devan tinggal disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
invisible
General FictionDevan yang harus berpisah dengan kembarannya dan bertahan ditengah keluarga yang tak mengharapkan kehadirannya