"nah gass lah kita main hahaha" ucap Azam dengan gembira.
Mereka berjalan memasuki mall. Azam berniat menuju ke arah Timezone namun berhenti karena Devan menahan tangannya.
"Cari peralatan sekolah dulu" datar Devan.
"Ah nanti aja pulangnya" kekeuh Azam.
"Ck inget kata mama zam" peringat Devan.
Seketika Azam teringat ucapan sang mama.
"Beli dulu trs main sepuasnya. Pulang tangan kosong, kamu mama goreng" ucap Anita dengan membawa spatulanya.
"Ck iya iya ayo kesana" decak Azam lalu menarik Devan ke toko peralatan sekolah.
Setelah memilih beberapa benda, Azam membawa keranjang belanjaan nya menuju kasir diiringi Devan dibelakangnya.
"Nambah apa lagi" ucap mbak kasir.
Azam menoleh pada Devan. Dan melihat keranjang Devan hanya berisi 1 pack buku tulis dan 2 buah pen.
"Devaann kenapa cma segitu doang yang lo ambil" kesal Azam sambil menarik Devan rak alat tulis.
"Cepet ambil aja yang Lo mau, jangan lama lama nanti antrinya panjang" ucap Azam.
"Tapi gua cma perlu ini doang zam" tolak Devan.
Tanpa menjawab Devan. Azam langsung mengambil benda yang dilihatnya dan memasukannya ke keranjang yang Devan bawa.
Dirasa sudah cukup Azam menarik Devan menuju kasir dan meletakkan keranjang Devan disamping keranjangnya.
"Bungkusnya dipisah ya mbak" ucap Azam tersenyum manis.
"Iya kak, jangan senyum saya meleleh" ucap mbak kasir sambil tersipu dengan wajah memerah.
Raut wajah Azam seketika datar. Dan Devan menahan untuk ditertawa melihat perubahan raut wajah Azam.
"Totalnya 536.400" ucap mbak kasir.
Azam langsung mengeluarkan dompetnya dan membayarnya.
Lalu mereka berdua keluar dari toko dengan membawa 1 paperbag masing masing menuju time zone.
"Emm gua bayar setengah dulu ya zam, pas gajian gua lunasin" cicit Devan.
Dia merasa tak enak ketika Azam membayar belanjaan nya.
"Apaan sih Lo Dev, nggk usah Lo bayar pake setengah segala. Mama juga udah ngasih buat Lo juga kok" ucap Azam.
"Makasih" ucap Devan
"Nah sekarang kita sepuasnya, Taruh sini aja Dev" ucap Azam sambil menunjuk tempat penyimpanan barang.
Kemudian mereka berdua memainkan semua permainan dengan senang. Bagi Devan ini hari yang paling beruntung baginya. Dan detik itu juga Devan merasa bahagia.
Di waktunya yang sama Revan tengah memilih alat tulis untuknya dengan sebal.
Tadi Zeland tiba tiba menyuruh nya bersiap disaat Revan tengah asik rebahan. Awalnya Revan tak menggubrisnya tapi Zeland mengancam akan menghajar Devan, Revan segera bangkit menuju WIC nya. Dia tidak mau adik kembarnya itu sakit karena ulahnya.
"Gua juga bisa beli sendiri kali, nggk usah ditemenin Lo juga" gerutu Revan pada Zeland yang membawa keranjang miliknya.
"Daddy yang nyuruh jadi Lo harus nurut" ucap Zeland.
"Ngapain juga gua harus nurut sama dia, ingat ya gua mau ikut Lo karena gua nggk mau Devan sakit gara gara gua" ucap Revan.
"Ck ngapain sih Lo peduli banget sama tu anak, dia aja nggk tau Lo siapa" ucap Zeland yang tak terima Revan perhatian pada Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
invisible
General FictionDevan yang harus berpisah dengan kembarannya dan bertahan ditengah keluarga yang tak mengharapkan kehadirannya