"bibi, Devan mau berangkat nanti pulang jam 9" pamit Devan pada bi Inah.
"Iya hati hati pulangnya" ucap bi Inah.
"Iya bi" ucap Devan dan bersiap pergi.
"Dev kamu nggak mau liat keadaan tuan Alex?" Tanya Bi Inah.
Dari dulu devan tak pernah absen memandang Alex meskipun dengan sembunyi.
"Ngapain bi? Nggak ada kerjaan banget. Lagian tuan Alex pasti bakal marah dan hukum aku lagi" ketus Devan.
Kejadian beberapa waktu lalu membuat Devan membenci persepsi Alex dan berusaha tidak membuat masalah dengan Alex.
"Devan!!! kamu nggak boleh gitu, bibi nggak pernah ngajarin kamu kayak gitu" marah bi Inah.
"Kenapa bibi marah, bibi suka liat aku dihukum cuma masalah sepele. Zeland fitnah aku bi dan Alex percaya tanpa dengerin penjelasan aku" bantah devan.
PLAKK
tanpa sadar bi Inah menampar pipi Devan hingga memerah. Devan kaget menatap tak percaya pada bi Inah dengan mata yang berkaca kaca.
Sadar akan tindakannya, bi Inah buru mengusap pipi Devan yang memerah. Namun Devan menepisnya.
"Devan maaf bibi nggak sengaja" ucap bi Inah Pelan.
"Dari dulu bibi nggk pernah marahin aku. Tapi sekarang bibi Sampek nampar aku" lirih devan sambil berlari keluar.
"Dev Devan dengerin bibi, Devan" ucap bi Inah sambil mengejar hingga gerbang.
Tapi karna lari Devan cepat, bi Inah berhenti mengejarnya dan menyesali perbuatannya.
"Devan kenapa nah, tadi dia lari sambil nangis" ucap pak Dani satpam.
"Aku marahin dia karena nyebut tuan Alex dan tuan Zeland cma nama, dan aku nggak sengaja nampar dia" jelas bi Inah.
"Dia masih labil nah, aku nggak membenarkan perilakunya tapi aku juga nggak menyalahkan tindakanmu. Dia lagi bingung dan banyak pikiran" ucap pak Dani.
"Pasti nanti nyariin kamu. Dan manja lagi kayak biasanya pas dia ngambek. Udah tenang aja" lanjutnya menenangkan bi Inah.
"Iya yaudah aku ke dapur lagi" ucap bi Inah sambil mengusap air matanya.
Bagaimanapun dia yang bersama Devan dari kecil. Bahkan bi Inah menganggap Devan sebagai cucunya sendiri.
###
"Kenapa nggk dari dulu kita tau ni cafe. Nggak perlu lah kita ngabisin waktu buat nyari cafe cuma buat meeting" ucap Iqbal
Pagh
Firga menggeplak kepala Iqbal membuat iqbal mengaduh.
"Sok sok an bilang meeting, orang cuma ngobrol sama nyemil, kebanyakan gaya" sinis firga.
"Ya gapapa kali. Biar beda dikit" ucap Iqbal.
Tringg
Bel pintu berbunyi nyaring saat Devan masuk cafe dengan mata yang sedikit sembab.
"Loh itu kan si Devan, napa tu mata kek disembur tawon" ucap Iqbal saat melihat devan.
"Sengat bege" siapapun tolong buang Iqbal, firga nggak kuat punya temen gaje kek Iqbal.
Tanpa banyak kata, Oliver bangkit dari duduknya dan menarik Devan menuju meja mereka. Dan memaksa Devan duduk disamping kursi Oliver.
"Maaf kak gua harus kerja, bentar lagi shift gua mulai" ucap devan.

KAMU SEDANG MEMBACA
invisible
Genel KurguDevan yang harus berpisah dengan kembarannya dan bertahan ditengah keluarga yang tak mengharapkan kehadirannya