Pagi yang cerah, secerah wajah Azam yang tersenyum didepan gerbang mansion Arbian.
"Mau ketemu siapa den" ucap pak Dani satpam keluarga Arbian.
"Devannya ada nggk pak, mau ngajak main" ucap azam.
"Ada didalem. Aden masuk aja izin sama tuan Alex" ucap pak Dani dengan ragu.
Baru kali ini ada yang mengajak Devan bermain. Dia juga ragu apa Alex akan mengizinkan Devan pergi.
Dengan sopan Azam masuk ke mansion Arbian.
"Permisi" ucap azam dengan sopan.
Meskipun tingkahnya pecicilan tapi dia juga punya tata Krama saat berada dirumah orang.
"Siapa" ucap Alex dengan datar yang baru saja selesai sarapan.
"Saya Azam, temennya Devan mau ngajak Devan main ke rumah saya boleh" ucap azam.
Alex menatap tajam Azam. Lalu Alex menyuruh pengawal untuk memanggil Devan.
Beberapa saat kemudian Devan menghampiri Alex dengan tergesa gesa.
"Permisi tuan" ucap Devan sambil menunduk.
Saat menghampiri Alex dia terkejut dengan keberadaan Azam yang berhadapan dengan Alex.
Azam yang mendengar ucapan Devan kaget. Azam pikir pria dihadapannya ini adalah papa Devan.
"Temanmu mengajakmu bermain, pergilah" ucap Alex berlalu pergi dengan mobilnya.
Devan terdiam baru kali ini Alex mengizinkannya pergi bermain. Karena selama ini jika bukan karena sekolah dan bekerja Devan dilarang keluar dari mansion.
"Cepet siap siap Dev" lamunan Devan terhenti karena ucapan Azam.
Tanpa bicara pada Azam, Devan pergi ke kamarnya untuk bersiap.
###
"Devaaaaan anak mama" gemas Anita sambil memeluk erat tubuh devan ketika Azam dan Devan memasuki mansion Fernando.
Azam yang melihat sikap mamanya menjadi kesal.
"Ck mama nih jangan peluk peluk Devan bisa nggk" kesal Azam.
Sepertinya Azam harus menjauhkan Devan dari mamanya ini. Bisa saja rencana Azam untuk bermain dengan Devan gagal karena ulah mamanya ini.
"Devan yang dipeluk mama aja nggk protes. Kok jadi kamu yang ngomel" sewot Anita sambil melepas pelukan nya. Devan hanya tersenyum.
"Udahlah ayo Dev main dikamar gua aja. Daripada disini" ucap azam sambil melirik Anita kemudian menarik Devan menuju kamarnya.
"Heh kurang ajar ya kamu jadi anak, mama masukin lagi ke perut baru tau rasa" teriak Anita tak gubris oleh Azam.
"Devan ke kamar Azam dulu ya ma" ucap Devan sambil menoleh ke Anita.
"Iya, nanti waktu makan siang turun Dev" lembur Anita dan diangguki oleh Devan.
Cklek cklek cklek
"Ngapain dikunci" tanya Devan ketika Azam mengunci pintu kamarnya.
Azam tak menjawab lalu mendekati Devan dengan tatapan datar seperti singa yang ingin menerkam mangsanya. Devan gugup melangkah Mundur menjauhi Azam hingga punggungnya menyentuh dinding.
Membuat Devan berhenti namun Azam trs mendekatinya. Dengan panik Devan menutup matanya.
"Hahahaha" Azam tertawa terbahak bahak melihat ekspresi tegang Devan.
Mendengar tawa Azam, Devan membuka matanya dan menatap Azam kesal.
"Ya kali gua mau lecehin Lo Dev, gua kunci pintunya biar mama nggk masuk dan ganggu kita main" jelas Azam sambil mengeluarkan alat PS
"Bilang dong, gua kan takut liat muka Lo tadi" sebal Devan.
"Hahaha udah sini duduk samping gua" ucap azam. Devan duduk disamping Azam.
Azam mengajari Devan cara bermain PS hingga Devan paham.
###
Tok tok tok
"Devan, ikut gua yuk" ucap Revan didepan pintu kamar Devan yang tertutup.
"Tadi Devan dijemput sama temennya, tuan muda" ucap mbak Dewi yang tak sengaja melewati Revan.
"Ck padahal mau aku ajak main, yaudah mbak makasih" ucap Revan pergi menuju kamarnya lagi.
"Tu anak perasaan ilang Mulu, gmana gua bisa Deket sama dia coba" ucap Revan.
"Ngomel sendirian kek orang gila aja" celetuk Zeland saat berpapasan dengan Revan dilantai 2.
"Dih sewot banget jadi orang"balas Revan sambil membuka pintu kamarnya.
"Nanti Daddy suruh Lo ikut gua" ucap Zeland.
"Kemana" tanya Revan diambang pintu.
"Rahasia"ucap misterius Zeland menuruni tangga.
"Nggk jelas" ucap Revan sambil menutup pintunya.
###
Azam menyelimuti tubuh devan dengan pelan. Setelah menghabiskan 1.5 jam bermain PS Devan tertidur lelap di karpet bulu milik Azam.
Azam menatap Lamat Devan yang tengah tertidur, lalu mengelus rambut Devan.
"Nyaman banget tidur Lo Dev" ucap azam pelan.
Tok tok tok
"Azam Devan ayo keluar, waktunya makan siang" suara anita dari luar.
Azam merotasikan matanya lalu perlahan bangkit membuka pintunya perlahan.
"Sttt mama jangan keras keras Devan lagi tidur" ucap azam pelan
"Loh Devan nya tidur, mama mau liat zam" ucap Anita menerobos tubuh Azam.
"Jangan ma, biarin aja Devan tidur kayak capek banget" ucap azam sambil menahan Anita untuk tidak masuk kamarnya.
"Yaudah, nanti klo Devan bangun langsung aja ke bawah buat makan ya" ucap Anita berlalu pergi. Padahal dia ingin melihat Devan tertidur.
Azam kemudian masuk kamarnya dan berbaring disamping Devan.
Eugh
Lenguhan Devan membuat Azam reflek menepuk pelan punggung Devan beberapa kali.
Tak lama dengkuran halus kembali terdengar oleh Azam. Dan ikut menyusuri mimpi bersama Devan.
###
Anita sedang memandang Devan yang tengah memakan masakannya dengan lahap.
"Makan yang banyak ya Dev" ucap Anita lembut.
Devan tersenyum ini pertama kalinya merasakan masakan seorang ibu. Ya meskipun bukan ibu kandungnya sendiri.
"Habis ini main ke mall yuk Dev" ucap Azam disela makannya.
"Emm aku mau pulang aja zam" jawab Devan.
"Ishh jangan pulang dulu, sekalian kita nyari keperluan sekolah. Bentar lagi mau sekolah ka. Gua tebak Lo juga belum beli" bujuk Azam.
"Yaudah iya" ucap Devan pelan. Sebenarnya dia takut membeli keperluan sekolah di mall pasti harganya mahal.
Sedangkan tabungannya tidak banyak. Biasanya Devan akan membeli keperluan sekolah ditoko dekat komplek.
"Udah ayo cepet dihabisin, biar nggk telat pulangnya" ucap Anita
Karena dia tau jika putranya ini sudah main ke mall pasti lupa waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
invisible
General FictionDevan yang harus berpisah dengan kembarannya dan bertahan ditengah keluarga yang tak mengharapkan kehadirannya