"Lo ngapain sih berdiri disitu" kesal Zeland saat gio terus saja dibalkon kamar Revan.
Saat ini Zeland dan gio sedang menunggu Revan sadar. Mereka sengaja membolos untuk menjaga adiknya. Tepat 1 hari Revan masih tak sadarkan diri akibat bius yang diberikan Andra.
"Kasian Devan ze" lirih gio sambil menatap kosong ke bawah tepat pada Devan yang masih terborgol.
Gio menyaksikan bagaimana Devan yang berontak ketika bi Inah pergi hingga berteriak kesetanan.
"Ngapain Lo kasian sama dia" ketus Zeland. Dia tak suka jika kakaknya ini mulai bersimpati pada anak itu.
Tiba tiba gio melihat Alex dengan kasar melepas borgol Devan dan langsung menyeretnya.
Gio kaget berlari dari balkon dan keluar dari kamar revan tanpa sepatah katapun.
"Kak Lo mau kemana Hoy kak" ucap Zeland tapi tak dijawab oleh gio.
Gio segera menuruni tangga dan bertemu dengan Alex yang menyeret Devan menuju kamar Alex.
"Daddy mau ngapain Devan lagi" ucap gio.
"Diam kamu, Oma dan Opa bakal Dateng" ucap Alex sambil membuka pintu kamarnya.
Lalu Alex membawa Devan masuk kekamarnya dan menghempaskannya kamar mandi dan menguncinya dari luar.
"DAD!!! Dia udah semalaman kehujanan dan dan Daddy masih ngunci dia dikamar mandi" gio sudah tak tau jalan pikiran Alex.
"Diam gio, ini hanya sementara. Nanti Daddy akan bawa dia keluar" ucap Alex keluar meninggalkan gio yang masih terdiam.
Perlahan kaki gio melangkah ke pintu kamar mandi Alex dan mengetuknya pelan.
Tuk tuk
"Devan" lirihnya berharap Devan menyahutinya.
"T-tolongh" gio bisa mendengar suara parau Devan.
"Tahan ya Dev, ini cuma sebentar gua bakal bujuk Daddy biar buka kuncinya" ucap gio.
Lalu gio pergi keluar dari kamar Alex.
PLAKK
"Bodoh, apa yang kamu lakukan sampai trauma cucuku kambuh ha!!!" Murka Orland.
Kemarin Orland menghubungi Revan, tapi Zeland yang menerimanya. Akhirnya Zeland bilang jika Revan tiba tiba pingsan.
Orland langsung memberitahu sang istri dan bergegas terbang ke Indonesia dan baru sampai hari ini dan melihat Revan yang masih terbaring diranjangnya.
"Tadi Revan nggak sengaja liat Alex ngehukum salah satu maid pa" bohong Alex membuat gio dan zeland yang mendengarnya diam.
Eunghh
Lenguhan Revan membuat semua yang berada dikamar Revan langsung mendekati Revan.
"Ada yang sakit nggak?" Tanya Vanny yang sedari tadi memegang tangan Revan.
Revan hanya menggelengkan kepalanya. "Kapan Oma Dateng?" Tanyanya.
"Barusan, setelah mendengar kamu pingsan kemarin, kami langsung pergi kesini" jawab Orland.
"Sekarang kamu istirahat nanti sore opa bakal ajak kamu jalan jalan" ucap Orland agar Revan tidak ingat karena kejadian kemarin.
"Sekarang aja opa, Revan udah sehat kok" ucap Revan dengan senyuman manis.
"Heh jangan banyak tingkah kamu baru sadar ya" ucap Vanny dengan melotot.
"Please Oma boleh ya" mohon Revan dengan sok imutnya.
Karena tak tahan dengan tingkat Revan. Vanny mengangguk setuju.
Revan langsung bangkit dari ranjangnya dan pergi ke WIC untuk berganti pakaian.
"Kalian juga bersiap" perintah Vanny pada Alex dan 2 cucunya.
"Alex ada urusan ma, kalian aja yang pergi" tolak Alex.
"Tidak ada bantahan" tegas Orland.
Lalu mereka semua berangkat pergi. Tanpa tau seseorang yang kini tengah berusaha mengatur nafasnya.
Hah hah hah
"Tolonhhg sakith hah hah" ucap Devan sambil mencengkram dadanya sesak.
Bugh bugh bugh
Devan memukul dadanya berharap rasa sesak nya berkurang tapi nihil sesak semakin menjadi ditambah pusing sedari pagi.
"Bi bibi tolongh Devan bi, sa-kit bi" suara Devan perlahan melemah.
Tangan yang awalnya sibuk memukul dadanya kini terkulai lemah bersamaan dengan kesadaran yang menghilang.
.
.
.
Jam 10 malam Alex dan yang lain baru saja sampai dimansion.
"Langsung bersih bersih dan ganti baju" perintah Vanny.
Semua bergegas masuk ke kamar masing masing melaksanakan perintah Vanny. Begitu juga dengan Andra yang sengaja menginap disini.
Alex masuk kamarnya dan menuju kekamar mandi. Dia langsung memutar kunci dan membuka pintu.
Alex mengeryit heran saat mendorong pintu kamar mandi yang agar berat.
Astaga
Alex baru ingat mengunci Devan dikamar mandinya. Langsung saja Alex mendorong pintu itu sekuat tenaga. Devan yang awalnya bersandar dibalik pintu, karena dorongan Alex pun merosot.
Alex kaget langsung merangkul tubuh Devan yang sudah pucat dengan nafas yang nyaris tak terdengar.
"Hey bangun bodoh" ucap Alex dengan menepuk keras pipi tirus Devan hingga memerah.
"Jangan buat saya marah bodoh bangun"
Tidak ada respon dari Devan. Alex bisa merasakan tubuh dingin Devan.
"Saya mohon bangun Andra" lirih Alex.
Untuk pertama kalinya selama Devan lahir baru kali Alex memanggil nama lain Devan. (Devandra Ezra)
Andai Devan tau mungkin dia sangat bahagia. Tapi nyatanya tidak.
Entah karena panik, Alex memeluk tubuh Devan dan mencium pucuk kepala Devan dengan berurai airmata.
Ceklek
Pintu kamar Alex terbuka menampakkan gio dengan nafas memburu.
Dia langsung menghampiri Alex yang memeluk tubuh Devan.
"Devan bangun Lo anak kuatkan, Lo mau gua main bareng sama Lo kan. Ayo kita main bareng sepuasnya. Gua nggak bakal ngusir Lo lagi tapi gua mohon bangun hiks" ucap gio sambil mengguncang pelan tubuh Devan.
"Jangan hukum gua kayak gini dev, Lo boleh pukul gua tapi jangan gini" ucap Gio.
Akhirnya mereka hanya bisa menyesal dengan perbuatan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
invisible
General FictionDevan yang harus berpisah dengan kembarannya dan bertahan ditengah keluarga yang tak mengharapkan kehadirannya