Brmmmmm
Deru motor seorang pemuda memasuki halaman sebuah rumah minimalis berlantai dua. Setelah memakirkan motornya digarasi pemuda tersebut langsung masuk ke dalam rumah tersebut.
Tampak seorang wanita yang sedang duduk manis disofa ruang tamu sambil memainkan ponsel ditangannya.
Brukk
Tanpa berkata apapun pemuda yang tak lain Devan langsung merebahkan tubuhnya dipaha wanita itu dengan kepala yang mendusel diperutnya.
"Kenapa hmm" ucap niana sambil mengusap lembut rambut sang putra.
"Capek" gumam Devan mengeratkan pelukannya pada perut niana.
"Sana mandi makan terus istirahat, kamu itu udah dibilangin nggak usah ikut taekwondo maksa banget. Nanti kalo kambuh gimana" omel niana.
Sudah hampir 5 bulan setelah kejadian Alex yang datang ke mansion azendra. 1 hari kemudian mereka berdua langsung berangkat pindah ke bandung.
Tinggal berdua dirumah minimalis tidak membuat mereka kesulitan. Bahkan Devan langsung beradaptasi dengan lingkungan komplek rumah mereka.
Semuanya seolah selesai begitu saja. Devan melanjutkan sekolahnya di sebuah sekolah swasta yang dekat dengan komplek mereka dan berangkat menggunakan motor hasil hadiah dari Reno.
Niana juga melanjutkan usaha butiknya yang dulu memang berpusat dibandung.
"Devan kan ikut taekwondo biar bisa jagain mommy" bela Devan.
Sebenarnya niana sudah melarang keras Devan untuk ikut taekwondo takut penyakit putranya kambuh dan terluka. Tapi karena usaha Devan membujuk niana akhirnya dengan berat hati niana menyetujuinya.
"Sama kecoak aja takut" ledek niana.
"Ah mommy kebiasaan deh udahlah" ucap Devan kesal langsung beranjak dari rebahannya dan langsung menuju kamarnya yang dilantai 2.
Niana hanya menggelengkan kepala terlampau biasa dengan sikap putranya.
.
.
.
.
Drttt drttt
Ponsel Devan yang berada diatas nakal bergetar.
Sambil mengusak rambutnya dengan handuk, Devan mengangkat panggilan masuk diponselnya.
"LAMA AMAT ANJIR" pekik Oliver membuat Devan reflek menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Lagi mandi astaga nggak sabaran banget kek cewek" gerutu Devan.
"Apa Lo bilang!!! Mentang mentang jauh sekarang Lo berani ya sama gua" omel Oliver.
"Hahaha kenapa nelfon gua kak" tanya Devan sambil memakai bajunya.
"Vc sekarang" perintah Zildan membuat Devan langsung menggeser layarnya dan seketika muncul wajah kedua kakaknya.
"Habis ngapain lu Sampe mandi jam segini" ucap Oliver menatap curiga Devan.
"Baru pulang dari latihan" balas Devan sambil merebahkan tubuhnya diranjang.
"Jangan maksa inget badan Lo" nasehat Zildan yang diangguki oleh Devan.
"Kapan balik kesini, gua sama yang lain udah kangen berat dah lama nggak main skate" ucap Oliver.
"Hm nanti bentar lagi liburan gua sama mommy pulang" jawab Devan.
"Oh iya kak, gua mau ngasih tau sesuatu sama kalean tapi jangan bilang siapa siapa" ucap Devan memelan seolah takut ada yang mendengar ucapannya. Padahal kamarnya kedap suara.

KAMU SEDANG MEMBACA
invisible
Fiksi UmumDevan yang harus berpisah dengan kembarannya dan bertahan ditengah keluarga yang tak mengharapkan kehadirannya