25. BARON PATAH HATI

2.6K 108 1
                                    

Happy Reading!!
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di setiap part-nya🧡

° ° ° ° °

"Arion."

"Arion lepasin, sakit!"

Ucapan Serra seakan angin lalu bagi Arion. Laki-laki itu terus saja menarik tangan Serra untuk menuju ke gudang belakang sekolah. Arion terlalu kasar menarik tangan Serra, sampai-sampai tubuhnya yang lebih pendek beberapa cm dari Arion itu tidak bisa mengimbangi langkah lebar milik Arion.

BRAK!

Tepat di gudang belakang yang dulu sempat dia datangi untuk pertama kalinya, Arion langsung membuka kasar pintu gudang itu, lalu kembali menutupnya, membuat Serra menjadi was-was kepada Arion.

"Dengerin gue. Jangan pernah sekali-kali lo deket sama cowo tadi lagi!"

"Aku gak deketin Alden, dia sendiri yang tiba-tiba dateng pas aku lagi duduk di taman," jelas Serra.

"Lo kenal sama dia?" tanya Arion.

Serra menggeleng cepat. "Aku baru ketemu sama Alden dua kali aja. Waktu di perpustakaan sekolah sama di Gramedia."

"Terus ngapain tadi dia deketin lo, kalo lo gak kenal sama dia?" tanya Arion lagi.

"Kan aku udah bilang. Tadi Alden yang tiba-tiba nyamperin aku dan kasih aku permen." Serra terlihat kesal kepada Arion. Kenapa laki-laki itu menjadi semarah ini kepadanya hanya karena Alden yang mendekatinya? Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua?

"Ini peringatan pertama dan terakhir buat lo. Jangan pernah deket-deket sama cowo itu lagi, ngerti?"

Serra mengangguk cepat menanggapi ucapan Arion. Lebih baik dia menurut dari pada melihat laki-laki itu yang akan semakin murka nantinya. Lagi pula, kenapa Arion bisa semarah itu kepadanya, dan menolak keras untuk tidak berdekatan dengan Alden? Memangnya, dia pikir dia siapa?

Arion mengatur napasnya yang naik turun dengan cepat, laki-laki itu mencoba untuk mengontrol emosinya. Lalu secara tiba-tiba, Arion meraih tangan Serra yang tadi sempat dia tarik dengan kasar. Arion dapat melihat jelas pergelangan tangan Serra yang sedikit memerah.

"Shh.. " Serra meringis pelan ketika Arion mengelus pergelangan tangannya.

"Sakit?"

"Ya lo pikir aja lah anjir?!" Hanya kata itu yang bisa Serra ungkapkan dalam hatinya.

Walupun merasa kesal dengan Arion, namun Serra hanya bisa mengangguk pelan. Jujur saja, pergelangan tangannya benar-benar terasa perih. Jika Iren melihatnya, pasti Mamanya itu akan bertanya-tanya dan menceramahinya tujuh hari tujuh malam.

huft..

"Sorry."

Serra mengerjapkan kedua matanya lucu. Melihat Arion yang meniup pelan pergelangan tangannya, membuat jantung Serra seakan berhenti berdetak. Ini bukan pertama kali Arion memberikan perhatian kecil kepadanya, namun ini pertama kalinya Arion memberikan perhatian kecil secara terang-terangan di hadapannya!

"I–iya, udah gak pa-pa kok tangan aku." Serra menarik pelan tangannya dari Arion. Hatinya merasa aneh saat laki-laki itu memberikan perhatian kecil seperti ini.

Arion memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, lalu kembali menatap Serra yang kini tengah menundukkan kepalanya. Rasanya Serra sering sekali menundukkan kepalanya saat sedang berbicara kepadanya, membuat Arion terkadang merasa kesal sendiri dengan gadis itu.

"Nanti pulang sekolah tunggu gue di parkiran. Gue mau ngajakin lo ke suatu tempat," ucap Arion.

"Ke mana?" tanya Serra, yang kini kembali menatap Arion.

SERIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang